Mohon tunggu...
kelvin ramadhan
kelvin ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - Sleepy man

Kaum burjois jogja | Bertekad minimal sekali sebulan menulis di sini | Low-battery human| Email : Kelvinramadhan1712@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasca Kekalahan Indonesia dari Brasil di WTO

29 Agustus 2019   15:34 Diperbarui: 29 Agustus 2019   15:56 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antisipasi pemerintah

Adanya ancaman serbuan impor ayam Brasil ini sebenarnya tidak selalu harus dikonotasikan secara negatif oleh pihak-pihak yang berkepentingan di dalamnya. Melihat semakin ke sini, semakin hilang batas-batas antarnegara dan semakin tak terelakkannya perdagangan bebas internasional, sudah sepatutnya kita tidak menyalahkan negara yang ingin ekspor ke negara kita. 

Hal yang paling penting adalah ketahanan dan keberlanjutan dari komoditas-komoditas kita untuk bersaing dengan komoditas asing macam daging ayam Brasil ini. Apa yang telah dilakukan Brasil terhadap ketahanan kapasitas produksi ayam beserta jagungnya patut kita tiru dan coba, tanpa rasa malu mengakui kehebatan strategi produksinya. 

Peningkatan efisiensi proses produksi ayam nasional harus menjadi PR utama pemerintah dalam upayanya bertarung dengan ayam-ayam dari Brasil maupun negara lainnya.

Penyediaan pakan ayam yang murah sudah menjadi kewajiban pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk menjaga harga ayam kita relatif stabil. Guru besar saya, prof Catur Sugiyanto juga menyarankan adanya praktik pertanian terintegrasi dengan prinsip zero waste spaya menekan biaya produksinya. Beliau juga menyarankan para peternak ayam untuk memanfaatkan limbah ayam menjadi biogas yang mana nantinya menghasilkan pasokan listriknya sendiri. 

Untuk skala produksi besar semacam perusahaan JPFA (Japfa Comfeed Indonesia), beliau menyarankan adanya sistem satelit, berprinsip ekonomi lokal berbasis zero waste sehingga kombinasi dari semuanya akan menghasilkan komoditas ayam yang mampu berkompetisi dengan ayam-ayam di seluruh penjuru dunia.


Ke depannya kita tak lagi takut dengan istilah "impor" atau "asing" karena kuantitas dan kualitas komoditas kita sendiri jauh lebih baik daripada mereka dan malah kita bisa "menjajah" negara mereka dengan komoditas-komoditas kebanggaan kita.

Kepustakaan : 

Link Link Link Link

Sulistyowati, R., Adityowati, P. 2019. "Pukulan Beruntun dari Jenewa".  Majalah Tempo edisi 26 Agustus - 2 September 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun