Contoh: Alih-alih mengatakan "Jangan Buang Sampah Sembarangan," lebih efektif jika disampaikan sebagai "Dengan Membuang Sampah di Tempatnya, Anda Membantu Menjaga Lingkungan Bersih."
7. Nudge Theory (Dorongan Halus)
Dikenalkan oleh Richard Thaler dan Cass Sunstein (2008), teori ini menekankan perubahan perilaku tanpa paksaan, melainkan dengan desain lingkungan yang memudahkan orang melakukan tindakan yang benar.
Contoh:
- Menggunakan jejak kaki di lantai yang mengarah ke tempat sampah untuk mendorong orang membuang sampah dengan benar.
- Menggunakan lampu hijau di tombol penyeberangan untuk mendorong orang menyeberang di tempat yang aman.
8. Empathy-Based Approach
Carl Rogers (1951) mengembangkan client-centered therapy, yang menekankan pentingnya empati dalam perubahan perilaku. Ketika orang memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain, mereka lebih cenderung menaati aturan.
Contoh: Kampanye yang menunjukkan dampak buruk dari membuang sampah sembarangan terhadap anak-anak atau satwa liar bisa meningkatkan kesadaran emosional dan moral.
Penerapan teori yang paling efektif
Pertanyaan yang mengemuka kemudian adalah: Mana teori psikologi yang paling efektif? Sebelum memutuskan memilih teori yang paling tepat, kita perlu melihat seperti apa konteks, audiens dan tujuan yang ingin dicapai.
- Untuk tujuan 'Mengubah Kebiasaan yang Sudah Mengakar', Teori Operant Conditioning (B.F. Skinner) bisa menjadi sangat efektif. Caranya  melalui penerapan reward dan punishment. Seperti memberi insentif bagi warga yang membayar pajak tepat waktu dan menerapkan denda bagi pembuang sampah sembarangan.
Cara ini disebut efektif karena orang cenderung bertindak sesuai konsekuensi yang mereka terima. Hal ini bisa membentuk kebiasaan jika diterapkan secara konsisten.
- Untuk tujuan 'Membantu Orang Mengubah Sikap Mereka Sendiri', Teori Cognitive Dissonance (Leon Festinger) bisa menjadi pilihan yang tepat.
Cara ini efektif untuk menyadarkan orang tentang kontradiksi antara keyakinan dan tindakan mereka. Ketika orang merasa tidak nyaman dengan tindakan mereka sendiri, mereka lebih terdorong untuk berubah secara internal, bukan karena paksaan.
Contohnya: Kampanye anti-rokok dengan pesan: "Anda peduli dengan keluarga Anda, tapi merokok di dekat mereka?"; Slogan pajak: "Anda warga yang baik. Warga yang baik membayar pajak tepat waktu."
- Untuk tujuan 'Mempengaruhi Banyak Orang Secara Sosial', Teori Social Proof (Robert Cialdini) adalah alternatif terbaik. Cara ini ffektif dalam mendorong kepatuhan melalui tekanan sosial. Orang cenderung mengikuti apa yang dilakukan mayoritas, terutama dalam situasi yang tidak jelas atau baru.
Contohnya: "80% warga sudah membuang sampah pada tempatnya!", untuk mendorong orang lain mengikuti mayoritas; Restoran menampilkan "menu favorit pelanggan" untuk mendorong lebih banyak orang memilih menu tersebut.
- Untuk tujuan 'Mendorong Kepatuhan Tanpa Paksaan', Nudge Theory (Richard Thaler & Cass Sunstein) adalah pilihan terbaik. Cara ini efektif dalam membuat orang secara alami memilih tindakan yang benar tanpa merasa dipaksa. Teori Nudge disebut efektif karena tidak membutuhkan hukuman atau paksaan, sehingga orang merasa tetap memiliki kendali atas pilihan mereka.
Contoh: Jejak kaki ke tempat sampah di taman; Menggunakan lampu hijau di penyeberangan agar orang lebih patuh menyeberang di tempat yang aman; Pengaturan tata letak makanan sehat di kantin untuk mendorong orang memilih makanan sehat.
Dus, Tidak ada satu teori yang paling efektif secara universal karena efektivitasnya tergantung pada konteks, target audiens, dan tujuan yang ingin dicapai. Dari 4 (empat) tujuan yang disampaikan, kita dapat merangkumnya seperti ini:
- Jika ingin perubahan cepat & tegas, terapkan Operant Conditioning (penguatan dan hukuman).
- Jika ingin perubahan yang datang dari kesadaran pribadi, terapkan Cognitive Dissonance.
- Jika ingin memanfaatkan tekanan sosial, terapkan Social Proof.
- Jika ingin pendekatan halus tanpa paksaan, terapkan Nudge Theory.
Kesimpulannya, jika kita menilai berdasarkan berbagai situasi, beberapa teori lebih unggul dalam kondisi tertentu. Artinya pilihan teori yang tepat (sesuai konteks tujuan permasalahan) akan mempengaruhi efektifitas problem sloving kita.