Oleh: Famela Arfani As'ar, Mahasiswa KKN-PPM UGM 2025
Bullying masih menjadi masalah yang serius di lingkungan sekolah dasar, baik dalam bentuk fisik, verbal, sosial, maupun digital. Tindakan ini bukan hanya mengganggu kenyamanan belajar, tetapi juga meninggalkan luka psikologis jangka panjang bagi korbannya. Menindaklanjuti hal tersebut, Tim KKN PPM UGM Kelana Kalasan membuat program bertema "Kita Teman Bukan Lawan" yang dilaksanakan di SD Negeri Sorogenen 1 sebagai upaya konkret untuk membantu menciptakan lingkungan sekolah yang ramah, aman, dan bebas dari perundungan.
Program ini lahir dari keprihatinan dimana ditemukan data bahwa angka kekerasan di sekolah masih tinggi sebagaimana yang dipaparkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Data yang dipublikasikan pada tahun 2021 ini mencatat bahwa setidaknya terdapat sekitar 68% dari total 226 (dua ratus dua puluh enam) laporan kasus kekerasan di sekolah yang berkaitan langsung dengan bullying. Jenis perundungan yang paling sering terjadi di tingkat sekolah dasar adalah bullying verbal dan sosial, seperti mengejek nama atau fisik, serta mengucilkan teman dari kelompok bermain. Bentuk-bentuk inilah yang juga ditemukan dalam observasi awal oleh tim KKN di SD Negeri Sorogenen 1.
Hasil observasi lapangan menyatakan bahwa meskipun suasana sekolah terkesan tertib, ternyata beberapa siswa mengaku pernah menjadi korban ejekan. Guru-guru pun menyadari bahwa bullying kerap tidak terlihat karena berlangsung secara diam-diam, dan tidak semua korban berani melapor. Fenomena ini semakin menguatkan urgensi intervensi pendidikan melalui program sosialisasi yang mengedepankan empati dan solidaritas antar siswa.
Program "Kita Teman Bukan Lawan" ini dirancang untuk mendekatkan siswa dengan konsep pertemanan sehat dan menghargai perbedaan, bukan menjadikan teman sebagai sasaran ejekan. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyampaian materi interaktif tentang jenis-jenis bullying, sesi tanya jawab, kuis interaktif, serta membuat poster bertema anti-bullying. Semua kegiatan dikemas dengan pendekatan edukatif yang menyenangkan sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman siswa SD.
Respon anak-anak terhadap program sangat positif. Mereka aktif bertanya dan mendengarkan pemaparan secara seksama, bahkan membuat komitmen bersama untuk tidak melakukan bullying pada teman. Ini menunjukkan bahwa dengan cara yang tepat, anak-anak bisa memahami dan meresapi pentingnya menjadi teman yang baik dan tidak menyakiti orang lain.
Guru menyatakan bahwa materi yang disampaikan memberikan warna baru dalam pendekatan penguatan karakter siswa. Program ini dinilai melengkapi pembelajaran yang ada dengan memberikan ruang aktualisasi dan refleksi nilai-nilai sosial secara langsung. Mereka mengungkapkan bahwa pendekatan yang dilakukan terhadap program ini memberi warna baru karena siswa tidak hanya mendengarkan ceramah, tapi terlibat aktif dalam proses pembelajaran sosial.Â
Secara umum, pendekatan edukatif yang berbasis empati dan teman sebaya seperti program "Kita Teman Bukan Lawan" di SD Sorogenen 1 membuktikan bahwa pendekatan tersebut dapat memberi dampak positif dalam jangka waktu relatif singkat. Program ini berhasil membuka ruang dialog, membangun kesadaran, dan menciptakan komitmen moral di kalangan siswa untuk saling menjaga dan menghormati satu sama lain. Langkah kecil ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain dan juga bagi kebijakan pendidikan nasional dalam mendorong keterlibatan siswa sebagai aktor utama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman, bebas kekerasan, dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Sebab sejatinya, anak-anak bukan hanya objek pendidikan, tetapi juga subjek perubahan sosial di lingkungannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI