Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Martabak Basi

4 Oktober 2025   21:27 Diperbarui: 4 Oktober 2025   21:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan rinai luruh tiba-tiba
Mengkilat jatuh di atas genangan halaman rumah
Malam turun malu-malu
Jarum jam seakan berdetak mundur

Tak biasanya perut ini komplain
Sore tadi sudah merengek nasi goreng
Ditambah pula secangkir besar kopi tubruk hangat
Sekarang sudah minta martabak

Hujan rinai belum juga reda
Melongok langit sepertinya kian gelap
Tadi sempat tampak sudut mata bulan mengintip
Sepertinya, dianyapun larut dalam kantuk

O,ya ingat kemarin dulu beli martabak keju
Masih bersisa dua potong ujung
Saya sempat menyimpannya di dalam rak kulkas
Bergegas lalu memburu ke pojokan dapur

Hujan yang sedari tadi kiranya tak lagi rinai
Suara seng atap rumah tetangga menjadi bak petikan indah melodi
Irama kejatuhannya hujan bikin sensasi mesra di sana
Seolah sengaja menemani kunyahan martabak basi ini dalam secangkir kopi

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun