Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nakhoda Yang Kehilangan Kompas

27 September 2025   10:56 Diperbarui: 27 September 2025   10:56 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bahtera besar itu melaju pelan
Samudera luas menghampar pandang
Di ketinggian anjungan nakhoda tampak gusar
Nakhoda kehilangan arah tujuan

Roda kemudi agaknya bermasalah
Keringat dingin para ABK jatuh membasuh ruang mesin
Radar canggih tiba-tiba bergerak liar
Para perwira dek turut kelimpungan dalam diam

"Ini kapal mau dibawa kemana komandan?"
Seorang perwira muda memberanikan diri bersuara
Sang nakhoda tampak menarik nafas panjang
"Tenangkan saja para penumpang .." perintahnya ragu

Baca juga: Pelayaran Terlarang

Bahtera besar itu terus melaju membelah ombak
Di kejauhan .. gulungan ombak besar dan badai bergemuruh
Kabin kapal yang penuh sesak itu mulai panik
Sementara sang nakhoda sibuk mencari kompas di kepala

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun