Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kue Langit

8 September 2025   18:24 Diperbarui: 8 September 2025   18:24 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, sepotong kue jatuh dari langit
Kue itu mengapung di laut
Ada sepucuk surat menyertainya:
"Hadiah khusus untuk orang-orang miskin"
Begitu bunyi pesannya, Menyentuh!

Kue itu ditemukan para nelayan yang melaut
Kue tidak rusak karena dibungkus kertas do'a dari surga
Sesampainya di daratan, para petani dipanggil
Mereka, duduk bersila dengan kue tersaji di hadapannya

Namun tiba-tiba datang gerombolan perampok
Mereka menghunus senjata api dan pedang tajam panjang
Kantong celana mereka besar-besar dan lebar
Ada yang badannya kurus tapi lebih banyak yang gembul

Baca juga: Peka Pakai K

Sepotong kue itu secepat kilat berpindah tangan
Tak ada pergulatan, tanpa perlawanan
Para nelayan dan kaum tani itu hanya mampu mengusap dada
Mereka tak pernah tahu, bahwa:
Sepotong kue itu adalah milik mereka, hadiah dari surga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Baca juga: Milad

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun