Negeri itu tengah bermuram durja.
Tubuhnya yang subur dan gembul dan dipenuhi sawah ladang sengaja dibiarkan terbengkalai.
Menyemak.
Menjadi belukar.
Tepat berada di bawah telapak kakinya yang kurus, emas dan intan berlian miliknya,
Dijarah habis tak bersisa.
Nun di halaman rumahnya yang sederhana, terhampar luas lautan samudera tak berbatas
Itu-pun kepunyaan-nya pula, yang ikan-ikannya lenyap dicuri.
Memang malang sangat nasib negeri itu,
Belum cukup, ..
Tubuhnya yang sungguh tak berdaya itu, masih dihisap keringatnya sepanjang masa
Hingga putus nafasnya dalam pasrah.
Sungguh kasihan nasib negeri itu, sesungguhnya bukanlah takdir yang membuatnya luka dan menderita.Â
Seandainya negeri itu adalah sebuah buku, maka ..
Aku ingin menutupnya, mengikatnya erat dengan permohonan maaf dan memusnahkannya:
Agar kelak, anak cucuku kupastikan tak akan pernah membacanya,
Bahwasanya, pernah ada satu negeri di masa silam yang senantiasa dalam kesedihan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI