Mohon tunggu...
Kayra Maleeka Gavrila
Kayra Maleeka Gavrila Mohon Tunggu... 24107030148

Observing life, turning it into lines.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hari Buruh Di Mana Ada Perjuangan, Solidaritas, dan Tantangan di Era Digital

1 Mei 2025   22:20 Diperbarui: 11 Juni 2025   15:23 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:chatGPT

Setiap tanggal 1 Mei, jutaan pekerja di seluruh dunia memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day. Hari yang kini diperingati dengan berbagai cara ini memiliki sejarah panjang yang berdarah-darah, dipenuhi perjuangan dan pengorbanan para buruh untuk mendapatkan hak-hak yang kini kita nikmati. Di Indonesia sendiri, peringatan Hari Buruh telah menjadi momentum penting bagi kaum pekerja untuk menyuarakan aspirasi mereka.

Akar Sejarah yang Berdarah

Hari Buruh bermula dari tragedi berdarah di Haymarket Square, Chicago, Amerika Serikat pada 4 Mei 1886. Saat itu, ribuan buruh melakukan aksi demonstrasi menuntut pengurangan jam kerja dari 16 jam menjadi 8 jam sehari. Aksi damai ini berubah menjadi kerusuhan setelah seseorang melemparkan bom yang menewaskan beberapa polisi. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai "Haymarket Affair" dan menjadi titik balik dalam sejarah pergerakan buruh global.

Pada 1889, Kongres Sosialis Internasional di Paris menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional untuk mengenang para korban Haymarket dan memperjuangkan hak-hak pekerja. Sejak saat itu, peringatan Hari Buruh menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Hari Buruh di Indonesia: Dari Era Kolonial hingga Reformasi

Di Indonesia, sejarah pergerakan buruh telah dimulai sejak era kolonial Belanda. Organisasi buruh pertama, Sarekat Sekerja, didirikan pada 1908 oleh Semaun. Pada masa pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan, gerakan buruh menjadi bagian integral dari perjuangan kemerdekaan.

Namun, pada era Orde Baru, peringatan Hari Buruh praktis dilarang. Pemerintah saat itu menganggap peringatan Hari Buruh identik dengan komunisme. Buruh hanya diperbolehkan memperingati Hari Buruh Pancasila pada 20 Februari, bukan 1 Mei. Serikat pekerja pun dikonsolidasikan menjadi satu wadah tunggal yang dikendalikan pemerintah.

Setelah reformasi 1998, peringatan Hari Buruh kembali marak. Ribuan buruh turun ke jalan menyuarakan tuntutan mereka, mulai dari kenaikan upah minimum, penghapusan sistem kerja kontrak, hingga jaminan sosial yang lebih baik. Momentum 1 Mei menjadi ajang solidaritas dan refleksi bagi kaum pekerja Indonesia.

Tantangan Buruh di Era Digital dan Pandemi

Saat ini, dunia kerja menghadapi transformasi besar-besaran akibat revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19. Otomatisasi, kecerdasan buatan, dan digitalisasi mengubah lanskap ketenagakerjaan secara fundamental. Banyak pekerjaan tradisional terancam hilang, sementara muncul bentuk-bentuk pekerjaan baru yang seringkali tidak terlindungi oleh regulasi ketenagakerjaan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun