Boleh banget, kok. Tapi ada tempat dan waktunya. Di luar sekolah, kamu bisa bebas ekspresikan diri lewat gaya fashion yang kamu suka, termasuk soal sepatu. Tapi di lingkungan sekolah, aturan soal seragam---termasuk sepatu hitam---itu dibuat bukan buat membatasi, tapi buat membentuk mental dan karakter.
Cerita dari Seorang Mahasiswa: Soal Kesetaraan
Ada satu cerita menarik dari Kevin, seorang mahasiswa di University of Sydney.
Dia bilang,
"Saya nggak pernah tahu siapa yang kaya dan siapa yang nggak waktu saya SMA. Karena semua pakai seragam yang sama, termasuk sepatu hitam. Bahkan HP aja jarang kelihatan karena nggak boleh dipakai di kelas. Jadi semua terlihat setara."
Menurut Kevin, baru setelah lulus SMA, kesenjangan itu mulai kelihatan. Yang punya duit lebih kuliah di luar negeri. Yang lain tetap di dalam negeri. Saat kuliah, makin kelihatan siapa yang bawa laptop mahal, HP flagship, atau baju branded. Bahkan ketika sudah kerja, perbedaannya makin jelas---dari posisi pekerjaan, tempat tinggal, sampai gaya hidup.
Tapi waktu SMA, semua tampak sama. Dan itu, katanya, adalah masa paling damai dan bebas dari rasa minder. Semua dimulai dari hal kecil: sepatu hitam.
Jadi... Masalah Sepatu Hitam Itu Nggak Sesimpel Warna
Dari luar mungkin kelihatan remeh---cuma soal warna sepatu. Tapi sebenarnya, ini adalah latihan kecil untuk menghadapi dunia yang lebih besar. Di mana kamu harus bisa patuh aturan, bisa beradaptasi, dan bisa menjaga rasa hormat terhadap orang lain.
Sepatu hitam mengajarkan kita bahwa nggak semua hal harus ditonjolkan. Kadang, menyamakan diri itu perlu---demi kenyamanan dan rasa adil untuk semua.
Sepatu Hitam, Kenangan Manis