Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nazaruddin Berulah Lagi! Muak Rasanya!

26 Agustus 2011   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:28 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepertinya semakin lama semakin membuat muak saja, padahal tujuannya adalah untuk mencari simpatik apa yang dilakukan Muhammad Nazaruddin, tersangka korupsi puluhan kasus yang merugikan negara hingga triliunan. Tak heran ia sanggup membayar banyak pengacara mahal.

Setelah berkirim surat kepada presiden dan dibalas, Nazaruddin melanjutkan berkirim surat lagi untuk mengucapkan terimakasih kepada presiden yang selama ini menjadi idolanya yang telah bersedia memberikan ketenangan lahir dan batin kepada keluarganya.

Tentu kita harap-harap cemas apakah episode surat-menyurat antara Nazaruddin dengan presiden idolanya akan berlanjut.
Bisa saja, karena siapa tahu ternyata Nazaruddin adalah idola Pak SBY juga?!

Yang memuakkan itu adalah dalam dua suratnya Nazaruddin selalu menyertakan kalimat "Tidak akan membongkar borok besar di Partai Demokrat demi kelangsungan bangsa atau agar negeri ini bisa terus berjalan."

Kalau kita masih waras dan berakal sehat, mengapa kita harus takut kalau negeri ini _tepatnya pemerintahan_ tidak bisa terus berjalan?
Lebih baik runtuh sekarang daripada hancur-lebur kemudian dibawa kekuasaan para koruptor negara kita ini.

Menurut saya, KPK harus mencatat dan menjadi bukti pernyataan Nazaruddin ini untuk memperberat hukumannya.
Karena dari suratnya jelas-jelas kita memahami bahwa Nazaruddin tahu ada kejahatan di dalam Partai Demokrat, sehingga bila dibongkar bisa meruntuhkan negeri ini.
Tapi ia lebih memilih bungkam. Ada apa ini?

Sayangnya di negeri ini lebih melindungi para koruptor besar, sehingga hukuman yang ada tidak berarti sama sekali, akibatnya mereka tak jera untuk terus menjarah kekayaan bangsa untuk kepentingannya sendiri.

Kalau hukum di negeri ini tegas dan bisa ditegakkan, saya kira seorang Nazaruddin dan koruptor lainnya tidak akan mudah begitu saja berulah.

Melihat ulah-ulah Nazaruddin belakangan ini, salah satunya minta dipindahkan ke Cipinang, Arswendo Atmowiloto, sampai berkomentar,"Silakan saja ikuti kemauannya! Biar tahu rasa kalau nanti disodomi di sana!"

Rupanya kita sudah terbius dengan ulah Nazaruddin, sehingga apapun yang dilakukannya akan menjadi berita. Begitu juga dengan para pengacaranya yang selalu dijadikan sumber berita.

Kasihan juga sebenarnya kita, hanya karena seorang koruptor energi dan tenaga kita terkuras.
Politik memang licik, yang baik-baik saja bisa menjadi picik dan mata mendelik. Rasanya tidak ingin bicara politik, tetapi melihat apa yang terjadi membuat tergelitik juga untuk bahas soal politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun