Katedrarajawen _
Berpikir  positif, tetapi akhirnya lebih banyak kecewa. Apakah lebih baik berpikir yang negatif saja, nanti kalau hasilnya buruk tidak kecewa? Masalahnya tidak baik, kalau berpikir negatif dahulu. Jadi, bagaimana ini?Â
Kurang lebih demikian keluh-kesah seorang kawan. Tidak pakai basa-basi, tegas saya jawab,"Tetap berpikir positif!"Â
Dipikir-pikir, bila berpikir terlalu positif, kemudian hasilnya tak sesuai yang dipikirkan pasti akan ada rasa kecewa. Tak bisa menerima. Kenapa? Itu yang ada.Â
Berpikir positif dapat bonus 100 juta, malah dapatnya 10 juta. Tak habis pikir. Kecewa. Bukankah lebih baik berpikir dapat 10 juta, tetapi dapatnya 100 juta? Tak habis pikir juga, tetapi bahagia.
Dipikir lagi, ada benarnya. Namun tetap lebih baik dan benar terus berpikir positif. Ada hal yang tak terpikirkan dalam pikiran positif.Â
Mendapatkan hasil yang tak sesuai yang dipikirkan, tetap berpikir positif. Positif kuadrat.Â
Seperti halnya, sewaktu muda saya berpikir bisa mendapatkan Yuni Shara. Kenyataannya dia bukan hanya tidak mau menikah dengan saya, mau kenalpun tidak.Â
Kecewa? Sedikit. Saya berpikir saja, ini bukan jodohnya. Tahu diri, berpikirnya terlalu tinggi.Â
Dasar saya ini kebanyakan makan obat, lantas saya kasih petuah buat teman yang berkeluh-kesah ini.Â
Berpikir positif itu ibarat menanam pohon. Berharap kelak akan menghasilkan buah yang manis pula. Wajar.Â
Suatu hari, bila pohon itu tak berbuah atau berbuah, tetapi tidak manis rasanya. Pasti ada yang namanya rasa kecewa.Â
Sejatinya tetap hadirkan pikiran positif, walau pohon yang ditanam tak berbuah. Bagaimanapun pohon yang tumbuh sudah memberikan kerindangan. Menghadirkan rasa nyaman bagi yang memandang.Â
Pohon yang ada akan memberikan kesejukan, karena menghasilkan oksigen yang dapat memberikan asupan yang berarti bagi paru-paru. Memberikan kesegaran udara bagi orang di sekitarnya.Â
Pohon yang tumbuh dapat pula menjadi tempat bertengger  bagi burung-burung yang akan menghadirkan musik alam nan indah setiap pagi. Menghadirkan damai bagi yang mendengarkan.Â
Berpikir demikian, alangkah bersyukur dan bahagianya. Bukankah ini lebih berharga dan manis daripada buah-buah yang diharapkan?Â
@cerminperistiwaÂ