Akibat hatiku berwarna PEKAT. Tidak dapat melihat jelas. Tak bisa membedakan salah dan benar.
Jauh dari kebenaran. Mengedepankan pembenaran. Dosa menjadi tertawaan. Bicara ajaran agama sudah dianggap kuno. Kemaksiatan menjadi kiblat kehidupan. Kebohongan sudah tak ubahnya santapan.
PEKAT oh PEKAT hatiku. Masihkah ada kunci kesadaran untuk membuka pintu pertobatan? Atau semakin tersesat dalam kebejatan?
Sebiji buah cherry ranum menimpa persis di atas kepalaku. Menyadarkan ternyata di sekitarku pemandangannya sudah PEKAT. Saatnya menyalakan lampu.