Maman benar-benar kelelahan, karena hari-harinya lebih banyak digunakan untuk mengurus kebun pribadi majikan  daripada kebun bunga di sekeliling rumah. Suatu kenikmatan bila dilakukan dalam keadaan normal menjadi penderitaan bagi Maman.
Bukan hanya itu, beberapa saudara majikannya tak ketinggalan meminta servis khusus dari Maman memberikan perawatan kebun pribadinya yang tak terurus karena suaminya sering ke luar kota mengurus bisnis.
Para wanita Arab itu memang begitu puas dengan layanan dari Maman. Tetapi Maman yang menghadapi keadaan demikian, bukannya menikmati lagi. Namun justru menjadi stres karena dijadikan budak seks.
Sampai-sampai burung kesayangannyapun ikut menjadi stres karena keganasan seks para wanita Arab itu, sehingga tidak bisa terbang tinggi lagi. Loyo.
Lalu apa yang terjadi?
Setelah kurang lebih setahun terpaksa Maman dipulangkan oleh majikannya dengan alasan tidak bisa bekerja lagi. Bagaikan habis manis sepah dibuang.
Kasihan Maman, karena ia mengalami stres berat dan sering melamun. Maman pulang kampung masih untung membawa uang cukup banyak. Tetapi kemudian hari-hari suram harus dilaluinya.
Aku hanya bisa bergumam,"Ternyata para pekerjaan kita bukan hanya wanitanya yang dijadikan budak seks di Arab, tak ketinggalan prianya juga! Malang nian Maman?"
Kini, Maman seringkali melewati harinya dengan duduk tersenyum sendiri di beranda rumahnya. Entahlah apa yang sedang dibayangkannya, Â sehingga membuatnya senyum-senyum sendiri. Kesenangan hidup yang menjadi dambaan kini hanya menjadi ilusi sambil meratap nasibnya yang tak indah lagi.
Apa yang sedang ada dalam angan-angan Maman? Majikannya di Arab atau burungnya yang tak bisa terbang? Entahlah.....Yang pasti penyesalan sedang menggelayuti hatinya. Tapi apalah arti sebuah penyesalan kini? Hidup selalu tidak seindah yang dibayangkan.