Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lu Asik, Gue Santai, Lu Usik, Gue Bantai!

21 Mei 2010   05:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewi persik makan petai , kamu usik aku tetap santai !

Bukankah akan lebih damai ?

Judul diatas memang bernada provokatif menurut saya. Kalimat diatas kebetulan saya lihat tertempel dibelakang sebuah kendaraan bermotor .
Sekedar tempelan iseng atau ada maksud tertentu , pastinya saya tidak tahu .
Kemungkinan sebagai wanti-wanti , kalau ada yang berani menyenggol atau menabrak motor ini_berarti mengusik _ siap-siap saja terima akibatnya .

Entahlah , pikiran saya kemudian langsung melayang untuk menjabarkan makna dari kalimat tersebut dengan keadaan negeri ini .

Sebuah negeri yang terkenal indah tutur bahasa, kekeluargaan, dan penduduknya yang ramah tamah, serta sangat religius didalam buku-buku pelajaran , namun kenyataannya kini sangatlah berubah wajahnya .

Walaupun masih ada wajah keramah-tamahannya , namun tidaklah setulusnya seperti dahulu . Tidak lagi dengan hati yang polos da lugu.
Sekarang yang lebih sering kita temui adalah kesanggaran dan keberingasan dimana-mana. Bahkan atas nama agama sekalipun tak malu dilakukan .
Dari Sabang sampai Merauke berbagai ketidakramahan dapat kita temui .

Banyak masalah sepele yang seharusnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan , akan tetapi oleh nafsu amarah dan kepentingan kebanyakan harus diselesaikan dengan kekerasan dan diujung pedang .

Hanya karena masalah wanita , bisa terjadi perang antar kampung . Hanya karena senggolan diacara dangdutan dua desa harus bermusuhan dan berperang batu dan senjata tajam .
Semua dilakukan atas nama kehormatan dan harga diri .
Tak heran apa yang dilakukan orang-orang dewasapun ditiru anak-anak .

Para anak sekolahpun asik bertawuran , bahkan sekarangpun merembet ke anak sekolah yang masih SD yang tak mau kalah.

Kalimat "Lu asik gue santai . Lu usik gue bantai!" sepertinya sudah merasuk kedalam jiwa kita . Terwujud dalam kehidupan nyata kita sehari-hari . Hati jadi begitu sensitif sehingga mudah terbawa perasaan .
Gampang tersinggung dan ego semakin besar saja . Menyelesaikan masalah lebih mengutamakan otot atau kekerasan .

Tak heran pembakaran dan pengrusakan tempat-tempat umum sering terjadi . Termasuk tempat ibadah dan sarana milik bersama yang seharusnya dijaga . Berantakan dalam sekejap mata karena emosi .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun