Mohon tunggu...
Reza Fahlevi
Reza Fahlevi Mohon Tunggu... Jurnalis - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute

"Bebek Berjalan Berbondong-bondong, Elang Terbang Sendirian"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Peran Influencer Ramaikan Pilkada 2020

24 Oktober 2020   18:18 Diperbarui: 24 Oktober 2020   20:09 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Iqbal/katapublik

Apa jadinya masyarakat diberikan edukasi oleh orang-orang yang tak paham politik? 

Kekhawatiran masyarakat lebih memuncak saat influencer secara sah dibiayai pemerintah untuk memberikan edukasi kepada publik mengenai politik yang mungkin kurang dikuasai olehnya karena bukan merupakan bidangnya. 

Maka satu sisi influencer memiliki hubungan relasi yang kuat dengan msayarakat dan di sisi lain kapabilitasnya pun dipertanyakan jika secara legal mereka diberkan wewenang untuk berbicara politik di hadapan publik.

Pegiat anti korupsi Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat lembaga dengan anggaran belanja terbesar menggunakan influencer adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan alokasi anggaran mencapai kurang lebih 77 Miliar Rupiah. 

Dan jika dicatat sejak tahun 2014 pemerintah dapat menghabiskan biaya 1,2 triliun hanya untuk aktivitas digital. Tentu angka tersebut bukanlah angka yang kecil ditengah kesulitan masyarakat hari ini. 

Terkait dengan anggaran untuk influencer pemerintah sebagai upaya literasi digital dengan organisasi bernama SiberKreasi diisukan mendapat kucuran dana hampir 90M dalam 1 tahun. 

Faktanya organisasi yang diketuai Herman Josis Mokalu (Yosi Project Pop) hanya dibiayai 9,1M per tahun untuk 100 komunitas dengan kurang lebih 190 ribu anggotanya.

Penggunaan influencer ini terlepas dari isu miring dan pro kontra diadakannya, sejatinya kita selaku masyarakat berhak menilai kinerja dari para influencer apalagi mereka didanai oleh permerintah yang notabenenya merupakan uang rakyat juga. 

Pilkada tahun 2020 ini menjadi episentrum yang tepat untuk melihat apakah para penggiat media sosial (influencer) dapat benar-benar berfungsi sesuai fungsinya untuk menetralisir panasnya suhu politik saat pilkada. Ataukah kehadirannya benar-benar tidak dirasakan masyarakat meski katanya memiliki jangkauan relasi masyarakat yang banyak.

Pilkada tahun 2020 tentu akan menjadi tantangan baru karena diselenggarakan di tengah pandemi, tetapi hal tersebut bukan menjadi halangan niat baik semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam menyukseskan pilkada 2020. 

Hal tersebut juga tidak terlepas dari efektivitas influencer yang didominasi anak muda untuk lebih memahami konstelasi politik dan juga tentunya berperan aktif dan positif dalam mensukseskan pilkada serentak 2020 ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun