Arloji menunjukkan pukul setengah 4 sore saat bus rombongan saya memasuki halaman Seminari Garum, tempat Cafe Pastor berada. Tepatnya di Jalan Ngloji, Jurangmenjing, Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Hujan belum mereda sejak bus melaju dari Sendang Rejo, Blitar menuju seminari. Akhirnya sampailah kami di sebuah kompleks bangunan seminari pertama di Keuskupan Surabaya, yakni Seminari Garum Blitar.Â
"Wah, kita dijemput pakai payung lho," kata koordinator tur yang duduk paling depan dalam bus.
Sebagian penumpang bus yang duduk di bagian depan berdiri penasaran. Sementara kami penumpang yang duduk di belakang mendongak melihat melalui jendela kaca bus. Bus kami belum berhenti, berjalan pelan mendekati lobi seminari yang bersebelahan dengan lokasi Cafe Pastor dan Galeri Seminari. Sopir masih memarkirkan busnya.
Para frater muda seminari berlari-lari kecil membawa payungnya. Menjemput para tamu yang singgah. Melihat pemandangan itu, kami--para penumpang bus terharu. Satu per satu para frater memayungi kami, mereka sangat sopan. Para lansia dibantu turun dari bus hingga ke bagian teras Cafe Pastor. Beberapa dari mereka malah tidak mengenakan alas kaki. Sepertinya sekaligus menikmati melayani para tamu sambil bermain hujan.
Saat tiba giliran saya menjejak kaki di teras, saya terpana melihat suasana yang begitu ramai. Rupanya ada rombongan tur lain yang sudah lebih dulu tiba di sana. Seluruh meja kursi di ruangan penuh. Rombongan saya yang baru tiba tak kebagian tempat duduk di bagian dalam. Kami memtuskan berkeliling menikmati display foto-foto di Galeri Seminari. Ada pula yang memilih duduk meja-meja di bagian teras, yang masih menjadi bagian dari Cafe Pastor. Sebagian langsung mengantri di kasir untuk memesan menu yang diinginkan. Sisanya langsung menyerbu stan cenderamata seperti kaos, tas kanvas, mug.
Gambar wajah Santo Vincentius a Paulo terpasang di dinding, tertulis keterangan di bawahnya: pelindung seminari Garum. Semasa hidupnya, Santo Vincentius a Paulo asal Prancis, yang diperingati pada 27 September, dikenal memberi kontribusi besar dalam pelatihan para imam dan pelayanan bagi orang miskin. Pada gambar, raut wajah Santo Vincentius tersenyum, mengenakan penutup kepala dan pakaian biarawan berwarna hitam. Di bagian kanan bawah gambar Santo Vincentius, tampak patung Maria menggendong bayi kanak-kanak Yesus.Â
Barista dan pegawai kafe hilir mudik dari dapur menuju meja kasir, sigap melayani tamu. Tak jauh dari meja kasir, terdapat etalase cenderamata. Beberapa frater membantu pengunjung mencari barang yang diinginkan. Antrean cukup panjang. Tentu semua penasaran, seperti apa kopi dari Cafe Pastor. Beberapa teman merekomendasikan minuman rum coklat dan rum kopi. Sambil menanti pesanan makanan dan minuman, saya berkeliling ruangan  melihat pameran foto-foto dan display di Cafe Pastor.
Cafe Pastor, sesuai namanya ini adalah kafe yang dikelola oleh seminari, sekolah para calon imam Katolik atau disebut pastor. Ide berdirinya Cafe Pastor bermula dari keprihatinan para formator Seminari Garum kala itu terhadap pentingnya pewartaan iman dan promosi panggilan imamat bagi kaum muda. Kafe menjadi jembatan untuk menyasar kaum muda yang suka nongkrong di kafe. Konsepnya, kafe di mana kaum muda bisa menikmati kopi sambil berbincang iman dan panggilan hidup.
Pada 19 November 2019, akun media sosial Youtube dan Instagram Bernama Cafe Pastor diluncurkan. Isinya berupa acara talk show bertema iman dan panggilan bersama romo (imam) dan suster. Pada 24-26 Februari 2020, saat acara Â
Open House Seminari Garum, hadirlah kafe sederhana berupa gerobak kopi Cafe Pastor yang melayani penjualan minuman dan camilan. Para Romo dan Seminaris terjun langsung mengelola gerobak kopi. Melihat antusias pengunjung, Seminari Garum kemudian memutuskan mewujudkan bangunan kafe sebagai sarana promosi panggilan. Pada 1 Oktober 2022, Seminari Garum memulai pembangunan Galeri Seminari yang jadi rumah baru Cafe Pastor.