Mohon tunggu...
KASTRAT BEM FEB UGM
KASTRAT BEM FEB UGM Mohon Tunggu... Penulis - Kabinet Harmoni Karya

Akun Resmi Departemen Kajian dan Riset Strategis BEM FEB UGM

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sugar: The Least-Known Assassin (Part 2)

9 Maret 2020   15:13 Diperbarui: 11 Maret 2020   19:40 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: BEM FEB UGM (2020)

Denmark sebagai negara pertama yang menerapkan sugar tax, diikuti pula oleh Meksiko, Perancis, Finlandia, Inggris dan lainnya, memiliki hasil yang beragam terhadap penetapan cukai minuman berpemanis.

Pada negara Denmark misalnya, sejak tahun 1930 diterapkannya sugar tax, di tahun 2013 dapat meraup sebesar €60 juta pendapatan negara dalam setahun. Akan tetapi, pemerintah Denmark juga mengestimasikan mereka kehilangan sebesar €38.9 juta pendapatan akibat penjualan minuman ringan yang ilegal.

Sejak tahun 2014, Meksiko telah menerapkan sugar tax dengan pengenaan sebesar 1 peso per-liter atau sekitar 9% dari harga produk. Latar belakang penerapan kebijakan fiskal tersebut juga dikarenakan penderita obesitas yang sangat tinggi. Dampaknya menurut Briggs (2016) bahwa penerapan kebijakan tersebut dapat menurunkan konsumsi minuman berpemanis sampai 12% per kapita per hari.

Pada Akhirnya, Perlukah Pengenaan Cukai Minuman Berpemanis?

Melihat bahwa terdapat begitu banyak latar belakang mengapa perlunya intervensi pemerintah dalam mengontrol konsumsi gula. Tentunya kita semua ingin hidup lebih panjang dengan sejahtera dan penyakit yang biasa saja.

Mengkonsumsi gula seringkali memberikan utility yang lebih dibanding sebatas air mineral. Terkadang mengkonsumsi suatu hal yang kita suka dapat mengembalikan mood yang hilang agar dapat kembali produktif lagi.

Demikian penerapan tarif cukai terhadap minuman berpemanis diharapkan menjadi sebuah solusi. Mudahnya, jika sosialisasi diabetes dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh gula berhasil. Maka intervensi pemerintah terhadap minuman berpemanis tidak akan ada. 

Mengkonsumsi minuman berpemanis tidak akan membuatmu terlihat lebih keren kalau ternyata berujung pada terkena penyakit. Atau makan di fast food sebenarnya tidak membuatmu terlihat kaya di saat kebanyakan orang miskin di Amerika Serikat hanya mampu makan fast food. Kalau memang ingin sok hedon seharusnya kalian makan makanan yang mahal dan sehat seperti sebagian besar orang kaya di Amerika Serikat. 

Pada akhirnya, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pasca kenaikan harga pada minuman berpemanis. Bagaimana dampak terhadap industri minuman ringan? Apakah akan terjadi PHK dan inflasi? Atau akan memunculkan perdagangan minuman ringan illegal?

Sekiranya semua kembali kepada tiap individu. Apakah ingin sehat atau tidak? Asalkan dapat menjaga konsumsi pada gula tidak masalah. Tidak lupa diiringi dengan pengendalian stress yang baik dan olahraga yang cukup. 

Tentu kita semua ingin masyarakat yang sehat dan jauh dari kata miskin. Bicara kemiskinan tidak selalu tentang butuhnya uang, dengan masyarakat yang sehat kita dapat mengurangi kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun