Maka di hari ini, kami tak ingin hanya sekadar mengucapkan selamat.
Kami ingin bertanya kepada diri kami sendiri:
apakah kami masih mau terus berbakti?
Dan jawabannya, meski dengan suara yang bergetar, adalah iya.
Kami akan tetap berbakti, bukan karena penghargaan, bukan karena seremonial, tapi karena kami mencintai pekerjaan ini. Karena kami percaya, desa adalah akar negeri, dan kami ingin tetap menjadi bagian dari yang menumbuhkannya.
Hari Bakti Pendamping Desa bukan sekadar peringatan di kalender. Ia adalah pengingat bahwa di setiap desa, selalu ada seseorang yang bekerja dalam diam, yang menyalakan semangat ketika yang lain mulai menyerah.
Ia adalah simbol bahwa bakti kami tak akan berhenti, meski dunia kadang lupa menyapa.
Jadi hari ini, ketika matahari sore menyorot ke halaman balai desa dan kami masih duduk menulis laporan, kami tahu: inilah bentuk bakti kami.
Bakti yang tidak selalu dipuji, tapi selalu berarti.
Bakti yang tidak berhenti hanya karena lelah, tapi terus berjalan karena cinta.
Selamat Hari Bakti Pendamping Desa.
Kami mungkin tidak sempurna, tapi kami tetap berbakti.
Bukan karena gelar, tapi karena hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI