Mohon tunggu...
Kartika Sari dewi
Kartika Sari dewi Mohon Tunggu... mahasiswi S1.keperawatan

membaca

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

1 Juli 2025   11:07 Diperbarui: 1 Juli 2025   11:06 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

LATAR BELAKANG 

Indonesia saat ini adalah kepadatan penduduk dengan tingkat yang cukup besar. Ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, keterpurukan ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk (Firdaus et al., 2023). Salah satu program pemerintah Indonesia yang mendukung pertumbuhan penduduk adalah Program Kampung Keluarga Berencana (KB), sebuah inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini dikelola oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan harapan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat pada level kampung, dengan fokus pada pembentukan keluarga kecil yang berkualitas (Ladiku et al., 2024).

World Health Organization (WHO) 380 juta pasangan yang melakukan keluarga berencana (KB), 65-75 juta diantaranya berada di negara berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal seperti suntik, pil, dan implant. Pemakaian kontrasepsi hormonal berada di urutan ketiga di seluruh dunia. Jumlah penggunaan KB suntik di seluruh dunia yaitu 74 juta atau 45% Sedangkan di Indonesia, berdasarkan World Health Statistics (2013) Indonesia termasuk tertinggi keempat dengan 61% penggunaan kontrasepsi khususnya di ASEAN (Association Of South East Asia). Peserta KB aktif terbanyak menurut jenis kontrasepsi di Indonesia yaitu KB suntik sebanyak 12.658.568 (72,94%) (Firdaus et al., 2023).

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan disemula berorientasi pada pengelolaan Indonesia. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu pelayanan dasar yang berada di puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak yaitu diperlukannya pengelolaan program Kesehatan Ibu dan Anak. Rendahnya status kesehatan masyarakat yang di hadapi Indonesia saat ini yang diantaranya adalah angka kematian ibu dan bayi yang tinggi serta masih banyak indikator pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang belum tercapai (Anak et al., 2023).

PEMBAHASAN 

Keluarga berencana (KB) merupakan usaha untuk menciptakan keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan dukungan terhadap hak-hak reproduksi, dengan tujuan membentuk keluarga yang memiliki usia kawin yang ideal, mengatur jumlah serta jarak kehamilan, serta membina ketahanan dan kesejahteraan anak. Berdasarkan UU No 10 tahun 1992, Keluarga Berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP). Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memanfaatkan kontrasepsi. (Andriana et al., 2022)

Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam hal tujuan, pendekatan, dan dampaknya terhadap pengendalian kelahiran. Pada awal tahun 1950--1960an, fokus utama KB adalah penjarangan kelahiran untuk kesehatan ibu dan anak, tanpa membahas pembatasan kelahiran atau isu kependudukan secara lebih luas. Selama masa Pelita I (1969--1974), KB diintegrasikan dengan program kesehatan dengan target demografis yang sederhana di Jawa dan Bali, dan pelaksanaannya dipercayakan kepada BKKBN sejak tahun 1970. Kemudian, pada Pelita II, cakupan program diperluas ke luar Jawa-Bali, dengan strategi penurunan angka kelahiran melalui slogan seperti "cukup tiga anak" dan selanjutnya "cukup dua anak". Seiring berjalannya waktu, program KB menjadi lebih terstruktur dan luas, dengan strategi "Panca Karya" untuk meningkatkan pelaksanaan. Pada Pelita V, program ini bertransformasi menjadi Gerakan KB Nasional yang menekankan partisipasi masyarakat dalam membentuk keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Gerakan ini menyasar pasangan usia subur, generasi muda, serta daerah-daerah dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi atau kondisi khusus. (Agustina et al., 2024).

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah program yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Salah satu komponen dari program ini adalah Safe Motherhood. Di Indonesia, program ini diimplementasikan melalui program Keluarga Berencana (KB), layanan pemeriksaan dan perawatan selama kehamilan, persalinan yang sehat dan aman, serta pelayanan obstetri esensial di pusat-pusat layanan kesehatan masyarakat. (Anggorodiputro et al., 2025).

Upaya kesehatan Ibu dan Anak merupakan inisiatif di sektor kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan dan pemeliharaan bagi ibu hamil, ibu yang melahirkan, ibu menyusui, bayi, anak balita, serta anak prasekolah. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang KIA bertujuan untuk mengatasi situasi darurat dari sudut pandang non klinis yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan adalah sistem saling membantu yang dibentuk oleh, dari, dan untuk masyarakat, terkait dengan penggunaan alat transportasi atau komunikasi (seperti telepon genggam dan telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan pemantauan, dan informasi mengenai KB. Dalam konteks ini, juga termasuk pendidikan kesehatan bagi masyarakat, pemuka masyarakat, serta peningkatan keterampilan para dukun bayi dan pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak. (Mappaware & Muchlis, 2021).

Upaya kesehatan Ibu dan Anak merupakan inisiatif di sektor kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan dan pemeliharaan bagi ibu hamil, ibu yang melahirkan, ibu menyusui, bayi, anak balita, serta anak prasekolah. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang KIA bertujuan untuk mengatasi situasi darurat dari sudut pandang non klinis yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan adalah sistem saling membantu yang dibentuk oleh, dari, dan untuk masyarakat, terkait dengan penggunaan alat transportasi atau komunikasi (seperti telepon genggam dan telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan pemantauan, dan informasi mengenai KB. Dalam konteks ini, juga termasuk pendidikan kesehatan bagi masyarakat, pemuka masyarakat, serta peningkatan keterampilan para dukun bayi dan pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak. (Anggorodiputro et al., 2025).

Pemerintah Indonesia telah menyusun berbagai langkah untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Salah satu langkah tersebut adalah penggunaan buku KIA untuk memantau dan mengetahui kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil hingga anak berusia 5 tahun. Program ini telah diluncurkan sejak bulan Februari tahun 1993 melalui kerjasama Departemen Kesehatan dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) (Japan International Cooperation Agency & Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Setelah melalui berbagai proses pengembangan, pada tahun 2015 buku KIA direvisi dan mengalami beberapa perubahan, salah satunya adalah memperpanjang masa penggunaan hingga anak berusia 6 tahun. (Andriana et al., 2022).

Penerapan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan benar akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga mengenai kesehatan ibu dan anak, mendorong serta memberdayakan masyarakat untuk menjalani hidup yang sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, serta memperbaiki sistem surveilans, pemantauan, dan informasi kesehatan. Pengetahuan yang memadai akan membuat ibu memiliki sikap yang positif terhadap penggunaan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). (Mappaware & Muchlis, 2021)

KESIMPULAN 

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Program Keluarga Berencana (KB) adalah dua pilar utama dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia yang memiliki peran penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi, serta dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. KIA berfokus pada penyediaan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, dan anak balita, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi yang dapat berakibat fatal. Di sisi lain, KB berperan dalam mendukung terciptanya keluarga kecil yang sehat dan sejahtera dengan cara mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak melalui metode kontrasepsi yang aman dan efektif. Berdasarkan hasil studi dan tinjauan pustaka yang dianalisis dalam makalah ini, terlihat bahwa pelaksanaan kedua program tersebut telah menunjukkan kemajuan dan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesehatan masyarakat, meskipun belum sepenuhnya optimal. Beberapa tantangan utama yang masih sering dihadapi meliputi rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya KIA dan KB, keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta kurangnya koordinasi antar sektor yang terlibat. Selain itu, faktor budaya dan sosial juga berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan program, terutama dalam hal penerimaan metode kontrasepsi jangka panjang dan pemanfaatan buku KIA sebagai alat edukasi. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan program secara maksimal, diperlukan upaya strategis dan kolaboratif antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Upaya tersebut mencakup penguatan edukasi berbasis budaya lokal, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, pemanfaatan teknologi informasi dalam monitoring dan evaluasi, serta pemberdayaan komunitas agar lebih aktif terlibat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Dengan pendekatan yang holistik dan berkesinambungan, program KIA dan KB diharapkan dapat menjadi fondasi yang kuat dalam menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.

SARAN 

Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Program KIA dan KB di Indonesia, diperlukan berbagai upaya strategis yang berfokus pada penguatan sistem, peningkatan kualitas pelayanan, serta pemberdayaan masyarakat. Pemerintah dan institusi kesehatan diharapkan dapat memperluas akses layanan kesehatan ibu dan anak dengan menyediakan fasilitas yang memadai, terutama di daerah terpencil dan kurang terjangkau. Selain itu, pelatihan dan pembinaan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan agar mampu memberikan pelayanan yang profesional, ramah, dan berbasis budaya lokal. Para tenaga kesehatan, khususnya bidan dan kader posyandu, juga disarankan untuk aktif melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin, pemanfaatan buku KIA, dan penggunaan alat kontrasepsi secara tepat. Di sisi lain, masyarakat juga perlu diberikan pemahaman bahwa menjaga kesehatan ibu dan anak adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya oleh ibu, tetapi juga anggota keluarga lainnya, termasuk suami. Program-program berbasis komunitas seperti kampung KB, kelas ibu hamil, dan kelompok pendukung ibu menyusui perlu terus digalakkan sebagai sarana edukasi dan penguatan peran masyarakat. Diharapkan dengan sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, program KIA dan KB dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan, sehingga mampu mewujudkan keluarga Indonesia yang sehat, mandiri, dan sejahtera. 

    

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun