Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati Nurani dan Tanggung Jawab

31 Agustus 2025   09:44 Diperbarui: 31 Agustus 2025   09:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis malam, 28 Agustus 2025 di daerah benhil, Jakarta Pusat ada orang lapar yang mutuskan mengunakan layanan pesan antar makanan online. Makanan diantar lalu, terjadi peristiwa yang merupakan bukti nyata bahwa hati nurani dan tanggung jawab menghilang di negara Indonesia.

Mungkin di hati polisi ada muncul naluri untuk menolong saat tahu telah menabrak. Tetapi, pikiran takut dikeroyok massa hingga tewas dalam sekejap mematikan naluri alamiah untuk menolong. 

Padahal, tugas utama menjadi polisi adalah mengayomi dan melindungi masyarakat. 

Lalu, mengapa semua itu bisa terjadi? 

80 tahun Indonesia merdeka. Tetapi, jumlah petinggi negara yang memiliki hati nurani dan tanggung jawab dalam menjalankan sistim pemerintahan dari catatan sejarah yang diakui pemerintah bila dihitung pasti muncul angka yang kurang lebih seumur negara.

Negara Indonesia makin kehilangan contoh nyata petinggi negara yang bekerja mengunakan hati nurani dan bertanggung jawab. 

Contoh sederhana adalah pengunaan mobil atau motor patwal polisi untuk menerobos macet. Cara itu adalah cara instan yang membuktikan petinggi negara malas berpikir keras mencari jalan keluar bersama. Mereka malah menjadikan macet sebagai ladang usaha kepolisian karena mendatangkan keuntungan besar. 

Pengemudi motor patwal harus mengeluarkan tenaga ekstra keras menghadapi hujan, terik matahari, debu, haus, lapar hingga kelelahan ekstrim yang bisa buat mereka jatuh tertimpa motor hingga kehilangan nyawa. Tetapi, penguna mereka tidak peduli karena berpikir sudah bayar mahal dan hal wajar pengemudi harus menanggung resiko itu. Kenyataan di lapangan pengemudi bisa mendapat upah maupun tidak dari penerima bayaran. 

Sistim pemerintahan yang diatur petinggi negara pun tidak memberi kepastian perlindungan keamanan dan keselamatan bagi polisi saat menjalani tugas. 

Puncaknya hari Kamis, 28 Agustus 2025. Hari makin malam dan di dalam mobil rantis ada 7 polisi yang duduk bersempitan menahan rasa lelah lahir batin dan mungkin disertai lapar serta haus saat membubarkan lautan massa. Mereka pasti ingin pekerjaan ini cepat selesai dan pulang. 

Di lain sisi, ada pemuda yang terlanjur telah mengambil pekerjaan mengantar makanan ke daerah penuh konflik dengan upah kecil. Pemuda itu selesai mengantar harus melewati kerumunan massa yang sedang dibubarkan mobil rantis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun