Mohon tunggu...
Kartika Maharani
Kartika Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMAN 28 Jakarta

Kartika Maharani (17) - XI MIPA 2 - SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel "Hujan"

8 Maret 2021   23:50 Diperbarui: 8 Maret 2021   23:50 1935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinopsis

       Novel ini bercerita tentang gadis bernama Lail di bumi masa depan yang serba canggih. Cerita diawali oleh Lail yang berusaha menghapus seluruh kenangan menyakitkan selama hidupnya dengan menggunakan sebuah alat canggih di zaman itu. Ia mengunjungi sebuah Pusat Terapi Saraf dan meminta seorang paramedic bernama Elijah untuk menghapus kenangannya. Salah satu syarat agar alat tersebut dapat bekerja dengan baik adalah si pasien harus menceritakan kenangan-kenangan selama hidupnya tanpa satu pun yang ditutup-tutupi.

       Lail mulai bercerita tentang masa kecilnya. Ketika itu, ia sedang terburu-buru untuk masuk ke sekolah pertama kalinya. Bersama Ibunya yang tak henti-hentinya menyuruhnya bergegas agar tak ketinggalan kereta. Namun di perjalanan kereta, gempa bumi dahsyat mengguncang kota mereka. Semua hancur berantakan, dan banyak sekali korban jiwa berjatuhan. Ibu Lail adalah salah satunya. Lail pun selamat karena seorang bocah laki-laki memegang tangannya ketika ia akan jatuh ke lorong kereta. Anak laki-laki tersebut bernama Esok.

       Lail menderita. Tak hanya di tinggal Ibunya, kabar terbaru menyebutkan bahwa pulau tempat ayahnya bekerja juga luluh lantas diterjang tsunami. Jadilah ia anak yatim piatu sekarang. Setelah bencana dahsyat itu, pemerintah kota membuat tempat pengungsian di sebuah lapangan hingga situasi kembali normal. Di pengungsian ini, Lail dan Esok selalu bersama, sehingga persahabatan di antara mereka muncul, dan mulai berubah menjadi sebuah cinta.

       Setelah situasi di kota mulai normal, Lail akhirnya ditampung di panti asuhan. Di panti asuhan ini, Lail berteman dengan Maryam yang tak lama kemudian mereka menjadi seorang relawan yang membanggakan. Sedangkan Esok, dia diasuh oleh seorang walikota. Karena kecerdasannya, Esok berhasil mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri, dan menciptakan teknologi baru yang mampu menyelamatkan bumi atau umat manusia dari kepunahan.

       Dalam prestasi mereka masing-masing, Esok dan Lail ternyata memiliki perasaan suka satu sama lain. Namun, Lail merasa rendah diri karena, anak walikota yang cantik jelita, kabarnya juga menyukai Esok. Esok lebih sering bertemu Claudia karena mereka tinggal dalam satu rumah, dibandingkan bertemu dengan Lail yang hanya sekali dalam setahun.

       Bumi semakin berubah dan menuju ambang kehancuran. Esok bersama orang-orang jenius lainnya di luar negeri ternyata sedang menciptakan pesawat ulang-alik besar untuk warga bumi agar bisa hidup di luar angkasa. Namun sebesar-besarnya pesawat ulang-alik tersebut, tak akan muat untuk menampung semua warga bumi, sehingga pengundian adalah keputusan yang tepat untuk menentukan siapa yagn berhak naik pesawat tersebut. Esok sebagai salah satu pencipta alat tersebut, berhak mendapat satu tiket.

       Pengundian pun dilakukan, dan ternyata Esok mendapat satu tiket lagi. Wali Kota meminta Lail supaya bisa membujuk Esok agar salah satu tiket yang dimilikinya diberikan kepada anaknya yang bernama Claudia. Hingga pada jadwal keberangkatan kapal, Lail mendengar informasi dari Istri Wali Kota bahwa salah satu tiket dari Esok, diberikan kepada Claudia. Lail pun beranggapan bahwa Esok pergi bersama Claudia. Lail merasa hatinya seperti tercabik-cabik. Akan tetapi, Claudia sebenarnya tidak pergi bersama Esok melainkan dengan Ibunya Esok. Lail langsung memutuskan untuk menghapus ingatannya tentang Esok. Maryam panik dan langsung menyusul Lail untuk menghentikan perbuatannya. Akan tetapi, sudah terlambat. Lail sudah memulai melakukan terapinya. Elijah menjelaskan sekali lagi kepada Lail bahwa melupakan bukan jadi masalahnya, tetapi menerima. Akhirnya Lail selesai melakukan terapi tersebut. Ternyata, ingatan Lail tentang Esok dan Maryam tidak ikut terhapus karena semua kenangan selalu Lail peluk erat-erat selama terapi berlangsung. Satu bulan kemudian, Esok menikahi Lail dan berjanji bahwa dia tidak akan meninggalkan Lail lagi.

Kelebihan

1. Bahasa yang digunakan mudah dipahami

Dalam buku ini, Tere Liye menggunakan bahasa yang mudah dipahami juga deskripsi yang jelas, sehingga pembaca mudah untuk mengimajinasikan peristiwa yang Tere Liye gambarkan di Novel Hujan ini. Bahasa yang digunakan juga berhasil membuat pembacanya merasakan setiap kejadian yang terjadi dalam buku ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun