"Kakak nggak sakit, nggak sedih?" adikku bertanya dengan sungguh-sungguh.
"Kenapa harus sedih, Dek? Yang namanya jodoh itu kan sudah diatur oleh Allah. Kita sendiri tak bisa menolak dan memilih jodoh kita kelak. Oleh sebab itu, kita sebagai seorang mu'min hanya bisa berusaha dan meminta kepada Allah agar diberi jodoh yang terbaik.
"Aku takut, kalau kakak merasa tersakiti akibat kejadian yang menimpa kakak saat ini" lagi-lagi adikku menyeka air matanya yang mulai berjatuhan lagi.
"Adikku sayang, Allah itu mempunyai tiga pilihan dalam menjodohkan hambaNya. Yang pertama adalah cepat mendapatkan jodoh, yang kedua lambat mendapatkan jodoh tapi suatu saat pasti akan mendapatkan jodoh tersebut, dan yang ketiga adalah tak mendapatkan jodoh di dunia tapi mendapatkan jodoh di akhirat kelak. Kakak yakin, apapun pilihan Allah, pasti itu pilihan yang terbaik untuk kakak. Jadi, kamu jangan memikirkan kakak lagi. Kakak baik-baik aja"
"Tapiiii, selama ini kakak selalu menyebut nama kak Rizki di dalam do'a kakak" ucap adikku masih penasaran dengan diriku.
"Dengar ya dek, jika nama yang sering kakak sebut bukan jodohnya kakak. Semoga jodoh kakak kelak adalah orang yang sering menyebut nama kakak dalam do'anya."
"Kalau aku boleh tahu, kenapa kakak begitu rela melepaskan kak Rizki? Kakak malah mendukung mereka berdua, dan bahkan berusaha untuk menyatukan. Padahal, yang kakak lakukan itu bisa membuat peluang kakak menjadi hilang" adikku terisak pilu selesai melontarkan pertanyaan demi pertanyaan untukku. Mendengar pertanyaan adikku, aku terdiam sejenak. Kemudian, aku mulai menarik nafas dalam-dalam seraya menghembuskannya secara perlahan.
"Kakak seperti itu, karena kakak sangat menyayangi mereka berdua. Kakak tahu kalau kak Rania sangat menyukai kak Rizki. Kakak yakin, kalau kak Rizki bersamanya, maka kak Rizki akan bahagia karena dicintai secara ugal-ugalan oleh isterinya. Lagi pula, kakak sudah menganggap kak Rania seperti saudara kakak sendiri. Karena cinta kepada saudara, sahabat pun rela menafkahkan jiwa. Mama kak Rania juga baik bangetkan sama kita? Kakak nggak ingin menghancurkan kegembiraan mereka semua, Dek. Lagipula, selama ini kakak nggak pernah tahu perasaan kak Rizki terhadap kakak. Kakak juga nggak yakin perasaan ini akan berbalas atau sebaliknya. Kamu jangan pikirkan kakak lagi ya. Insya Allah, kakak baik-baik aja." Setelah memberikan penjelasan begitu panjang, aku langsung mengakhiri dengan memberikan pelukan kepada adikku.
"Hati kakak memang begitu tulus. Sekarang, aku baru bisa memahami arti sebuah ketulusan cinta. Cinta yang tulus adalah cinta yang tak mengharap balasan. Kalau kita masih berharap untuk dibalas, itu artinya cinta kita masih belum tulus. Benarkan kak?"
"Iiih..kamu.! Ternyata adik kakak yang satu ini sudah pintar men-copy paste kalimat andalan kakak". Aku langsung mencubit gemes hidung adikku.
"Ayah dan bunda memang nggak pernah salah. Hati kakak suci, bersih, sesuai dengan nama pemberian mereka berdua (Fitri). Aku yakin, Allah pasti memberikan seseorang yang lebih baik untuk kakak. Jodoh kakak nanti, pasti dia yang sering menyebut nama kakak di dalam do'anya" ucap adikku dengan serius. Setelah itu, dia membisikkan kata-kata yang menyentuh hati dan membuatku bahagia.