Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Tahun ini Pangan Murah

29 April 2020   19:49 Diperbarui: 29 April 2020   20:02 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stok Pangan Dapur Bulanan (Dok. kartika kariono)

Telur ayam negeri yang di beberapa  wilayah yang katanya harganya melambung  di warung langganan tetap sama seperti sebelumnya. Telur memang menjadi andalan lauk buat aku yang tipe males masak bikin rempong. 

Bahkan daging sapi pun, makanan paling mahal di daerah kami masih stabil di kisaran 120-130 K, padahal tahun sebelumnya mancapai 150-160 K. Harga daging ikan juga tetap stabil, gabus giling dengan kualitas tertentu masih di kisaran 70-90 K, tenggiri juga. 

Cabe malah anjlok, meski jadi PR kalo buat cuko, karena kualitasnya kurang baik. Bawang bombay yang sempat menghilang dan sempat merajai harga pangan Palembang karena harganya lebih mahal daripada daging segar, sudah mulai kembali turun sekitar 35 K, meski belum kembali ke harga awal sekitar 20-25 K. 

Hanya bawang merah masih agak sombong dengan kenaikan harganya yang kemungkinan terganggu rantai pasoknya efek PSBB di beberapa wilayah. Aku juga bersyukur kita panen raya di bulan-bulan sebelumnya sehingga tidak terjadi kenaikan harga pada pangan pokok kita ini.

Persoalannya, apakah daya beli masyarakat masih ada dengan banyaknya masyarakat yang penghasilannya menurun, bahkan ada yang kehilangan mata pencarian. 

Saya kurang mengerti apakah bantuan jaring pengaman sosial sudah mencapai mereka.  Karena sejak dulu, bahkan kami adalah keluarga yang tidak pernah masuk dalam jaring pengaman sosial. 

Boleh jadi ini sebuah rezeki karena kami selalu dipandang mampu. Kata almarhumah Mbahku, orang miskin yang selalu dikira mampu itu sebuah rezeki besar, minimal tak mudah terhina. Meski beberapa teman yang anehnya mendapat gaji negara dengan jabatan fungsional tertentu, dan baru saja pamer mendapat tunjangan mulai mengeluh dengan harga di pasar. 

Padahal bukan harga pasar sih masalah dia, turunnya omset resto Padangnya masalah utamanya ketika diajak ngobrol lebih jauh. Ia sangat berharap bantuan dari pemerintah jika Palembang menjalankan PSBB.  Dia gak sendiri sih, beberapa teman yang menurutku ekonominya stabil dan berdaya, setidaknya negara masih menjamin keberlangsungan hidup mereka dibandingkan dengan kami juga merasa menderita. 

Kadang daya beli tidak berbanding lurus dengan mental bukan?.  

Sesaat aku beranjak daei warung Lek Partiya ngomong"Eh, ada duit lebih buat beli beras sekilo gak , Nduk?", tanya Lek Partiya. Duh, tanpa bermaksud pamer, tapi sumpah ulah dia selalu bikin aku meleleh aku langsung menjawab ada dan memesan beras sekilo dan menyerahkan kepadanya yang disambut protesnya karena dia cuma minta sekilo. 

Aku tidak pernah menolak kala ia meminta, pertama ia sangat jarang bertemu denganku. Bahkan saat ke rumah pun ia biasanya titip pesan dengan ibuku jika ia butuh beras yang biasanya langsung diambil saja dari besan (wadah) beras di rumah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun