Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lestari Hutan, Bukan "Cawa" bagi Warga URL dan IRL

7 April 2019   00:54 Diperbarui: 7 April 2019   02:13 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keseruan Kompal di Acara Forest Talk (Dok.Travelrien)

Baca : Ngemil Produk Rawang, Ikut Kontribusi Selamatkan Gambut Sumsel

Pembicara selanjutnya adalah Bapak Janudianto dari Sinar Mas Sustainable Forestry yang menceritakan bagaimana upaya keras dari APP Sinar Mas untuk memenuhi komitmen mereka berperan aktif dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam pencegahan ancaman global perubahan iklim.

Salah satunya melalui tanggung jawab sosial mereka dengan progran Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang diberdayakan secara ekonomi agar turut bertanggung jawab dalam pencegahan deforestasi terutama akibat kebakaran hutan dan lahan.

Saat ini, APP Sinarmas telah mebina sekitar 500 DMPA di beberapa propinsi yang dipilih berdasarkan kriteria:

1. Desa berada dalam hutan konsesi atau berjarak 3 km dari hutan konsesi APP Sinar Mas.

2. Desa yang menggantungkan hidup pada hutan.

3. Desa yang 3 tahun berturut-turut terjadi kebakaran.

Kegiatan foresttalk ini semakin lengkap, jadi kita bukan hanya diajak bincang-bincang tetapi juga diajak untuk melihat-lihat mini exhibition DMPA, juga ecoproduct seperti produk kriya kayu dari mellin gallery, yang memanfaatkan kayu sisa ataupun kayu bekas container menjadi  produk hiasan khas Palembang yang sangat cantik, baik sebagai hiasan rumah ataupun menjadi souvenir.

Juga diperkenalkan produk kain pewarnaan alam dari galeri wong kito, yang merupakan binaan Gamboe Moeba. Produk unggulan mereka adalah jumputan dengan pewarnaan alami memanfaatkan limbah getah gambi serta  produk fashion dengan teknik ecoprint.  Keunggulan produk yang ramah lingkungan ini membuat galeri wong kito dapat diterima bahkan di pasar internasional.

Perlakuan terhadap bahan ecoprint tidak sembarangan (Dok.Bimo Rafandha)
Perlakuan terhadap bahan ecoprint tidak sembarangan (Dok.Bimo Rafandha)
Kami peserta mendapatkan mini workshop ini juga mengenal teknik ecoprint yang memanfaatkan daun sebagai motif sekaligus pewarna alami. Ada dua teknik yakni dengan steam dan pukul.Pada kesempatan ini kami diajarkan teknik pukul. Ternyata, tidak sembarangan untuk membuat motif ecoprint ini, pantas saja harganya tidak murah,memerlukan sense of art yang tinggi juga untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Makin seru saat kita diajak masak produk kehutanan bersama Chef Taufik, saat demo masak kelihatanya mudah sekali pengolahan jamur dan ayam ini. Dengan tampilan yang begitu menggiurkan makin membuat perut keroncongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun