Jadi bagaimana mengklarifikasi mitos penyebab batalnya puasa yang telah dipercaya turun temurun ini?
Boleh jadi dengan ikuti kajian. Meski terpenting adalah pemahaman dari diri sendiri, sehingga tidak "cinta buta" pada guru suatu kajian. Banyak literatur dan orang-orang yang dapat diajak diskusi mengenai hal ini.
Banyak sih bahasan di medsos soal kajian agama bahkan berbentuk meme dan infografik sehingga langsung menohok yang membaca, lalu biasanya akan jadi trend pembicaraan, contohnya soal kajian haramnya perempuan mengkoleksi berlebihan.
Ramelah broadcast di hape saya, mengingatkan saya soal ini. Bahkan saat saya window shopping di online shop.
"Ah..kalo aku mulai ngurangi belanja tas loh Ka, takut dosanya"komennya rata-rata gitu. Saya mau jawab apa, lah saya cuma window shopping tas saya saja kebanyakan ransel hadiah kegiatan kok. Mau dibantah bilang "Darimana duit buat membelinya" jadinya merasa dapet dua dosa, ada kesan meminta belas kasihan dan kufur nikmat dari sang Maha Kaya.
Terpaksa pasang muka senyum "iya, semoga dijauhkan dari dosa godaan demikian"sahut sok bijak aja sih, meski dalam hati ngedumel. Eh, ini bukan mitos sore-sore gini saya ngumpulin dosa ghibah aja nih.
Puasa itu artinya menahan nafsu dari segala godaan, memanajerial perasaan, mengedepankan logika menemukan esensi hidup pada kebutuhan dan menekan keinginan keduniawian dengan senantiasa bersyukur mempersiapkan diri di hari akhir tak berbatas waktu di akhirat kelak.
Lalu hari akhir itu mitos atau fakta. Saya harus nyatakan fakta. Rukun iman saya menyatakan demikian, ketika saya meragukannya. Otomatis saya meragukan keimanan saya. Sebuah fakta menjadi muslim  itu simpel, jalankan 5 rukun Islamnya, yakini 6 rukun imannya.
Ibadah puasa adalah salah satu cara untuk self asessment kadarnya, apakah hanya menjadi pendadaran tiap tahun atau mekanisme upgrading Iman Islam di waktu mendatang.