Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Awas, Lakukan Ini Bisa Batal Puasa Lho

2 Juni 2018   17:53 Diperbarui: 2 Juni 2018   18:52 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wah...kesannya kok saya mesum ya, ah itu kan mitos, tentu yang lebih tahu fakta kemesuman saya ya orang yang ada dalam kehidupan nyata saya juga.

"Banyak nangis dan marah itu membatalkan puasa gak sih?" 

Ya nggaklah, tetapi sekali lagi puasanya sia-sia. Puasa itu pada intinya menahan segala nafsu buruk. Bagaimana jika pas zikir  pagi hari atau siang hari tiba-tiba ingat dosa besar dan mewek sendiri kok bisa dianggap batal.

Kadang ada manusia yang ekspresif nyebut salah satu nama  Maha Kuasa saja bisa banjir air mata, ya meskipun ada juga yang sudah dibuat suasana begitu syaduh dengan renungan masih gak mewek juga, bisa jadi bukan gak ingat dosa, kuatir dikira riya' aja.

Kadang tangisan kan seringkali jadi tolok ukur berserahnya makhluk kepada penciptanya. Lah..itu kan indikator yang dibuat manusia, soal bagaimana sebenarnya. Sang Maha Mengetahuilah yang tahu sebenarnya  apakah seorang manusia benar-benar melakukan tobat nasuha, ikhlas berserah diri atau hanya iseng saja mohon belas kasih dari sang Maha Besar.

Kita kembali ke persoalan mitos batalnya puasa pada anak-anak. Paling sering anakku dicandain dengan tetangga dia terjatuh dan terluka hingga berdarah.

"Nah loh..berdarah tuh, batal loh puasanya"

Anakku sering sewot dan menggerutu saat aku pulang ke rumah "dijawab nanti dikira gak sopan, padahal kan dosa ya berbohong dan bercanda soal fiqih"omelnya. Ya mau jawab apa saya kalo udah gitu.

Kadang iya sih, ada kekuatiran ketika yang dicandai anaknya gak paham, lebih fatal ia mempercayainya dan menjadi mitos dalam kesehariannya. Karena harus diakui bahwa pembelajaran soal dienul Islam lebih banyak berdasarkan kajian mendengar katanya.

Bukan kajian bersama dengan membuka mazhab misalnya. Bahkan ketika ada perselisihan pendapat seringkali yang memuncak adalah menyalahkan pihak lain, bukan rahasia umum jemaah yang ngambeg karena perselisihan pendapat soal tata cara ibadah. Gak mau shalat di masjid itu lagi karena selisih paham. Kan fatal kalo gini.

Tidak heran sih, karena memastikan mengikuti satu mazhab saja tampaknya itu sulit, termasuk saya yang hasil didikan keluarga dan sekolah pemerintah. Bahkan saya baru sedikit (sangat sedikit) paham jika cara saya berwudhu dan shalat saja campuran beberapa mazhab. Untuk kondisi tertentu demi alasan keafdholan saya menggunakan mazhab tertentu, tetapi saat tertentu mendesak saya menggunakan mazhab lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun