Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Awas, Lakukan Ini Bisa Batal Puasa Lho

2 Juni 2018   17:53 Diperbarui: 2 Juni 2018   18:52 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki anak yang masih belajar berpuasa agak sedikit merepotkan juga jika terkait dengan fiqh. Repot? Iyalah...emaknya juga dalam tahap belajar juga. Jadi hal-hal yang membatalkan puasa pun menjadi bahasan panjang, meski penyelesaiannya adalah sama-sama mengkajinya.

Puasa memang salah satu cara Maha Pengasih untuk membuat hambaNYA memerangi hawa nafsu diri sendiri, tentu yang dimaksud adalah hawa nafsu yang buruk, dan meningkatkan muthmainah nafsu baik yang tinggi untuk bertaqwah kepadaNYA.

2 esensi penting saat memberi landasan mengenai puasa yakni hal-hal yang membatalkan puasa dan yang dapat mengurangi pahala puasa sehingga sia-sialah puasanya karena hanya mendapat lapar dan dahaga semata.

Hal-hal yang jelas membatalkan puasa adalah makan, minum, merokok dengan sengaja dan melakukan koitus baik dengan pasangan sah (apalagi yang bukan pasangan sah), pingsan, muntah karena disengaja, keluar air mani karena disengaja, hilang akal, perempuan haid atau melahirkan dan murtad. Selain itu, segala perbuatan buruk akan mengurangi pahala puasa.

Bohong? silahkan, puasanya tidak batal, tapi akan musnah pahalanya karna dosanya besar. Juga ghibah apalagi fitnah, karena mulut dan pikiran yang tak terjaga dan menutup mata hati, jelas akan menjadi dosa besar dan memusnahkan pahala puasa. 

"Kalo sexting gimana dong, kan gak ada koitus dan gak ada sperma yang keluar juga, cuma iseng" 

Eh.. saya  bingung itu emang gak masuk sih, tapi kan zina itu kalo bukan dengah pasangan sah.

"Woi..sextingnya kan sama suami, aih.."masih maksa.

Ngobrol yang lain kenapa sih, kan biarpun pajero (pacaran jarak jaoh) bisa aja ngobrol yang di luar itu di siang hari, toh malamnya gak ada yang larang.

"Kalo nonton bokep?" Nah loh, itu kan tujuaannya memicu sahwat, gak batal sih, tapi perlu dipertanyakan tuh niat puasanya.

Eh..anakku kan gak mungkin nanya yang kayak gini ya.

Wah...kesannya kok saya mesum ya, ah itu kan mitos, tentu yang lebih tahu fakta kemesuman saya ya orang yang ada dalam kehidupan nyata saya juga.

"Banyak nangis dan marah itu membatalkan puasa gak sih?" 

Ya nggaklah, tetapi sekali lagi puasanya sia-sia. Puasa itu pada intinya menahan segala nafsu buruk. Bagaimana jika pas zikir  pagi hari atau siang hari tiba-tiba ingat dosa besar dan mewek sendiri kok bisa dianggap batal.

Kadang ada manusia yang ekspresif nyebut salah satu nama  Maha Kuasa saja bisa banjir air mata, ya meskipun ada juga yang sudah dibuat suasana begitu syaduh dengan renungan masih gak mewek juga, bisa jadi bukan gak ingat dosa, kuatir dikira riya' aja.

Kadang tangisan kan seringkali jadi tolok ukur berserahnya makhluk kepada penciptanya. Lah..itu kan indikator yang dibuat manusia, soal bagaimana sebenarnya. Sang Maha Mengetahuilah yang tahu sebenarnya  apakah seorang manusia benar-benar melakukan tobat nasuha, ikhlas berserah diri atau hanya iseng saja mohon belas kasih dari sang Maha Besar.

Kita kembali ke persoalan mitos batalnya puasa pada anak-anak. Paling sering anakku dicandain dengan tetangga dia terjatuh dan terluka hingga berdarah.

"Nah loh..berdarah tuh, batal loh puasanya"

Anakku sering sewot dan menggerutu saat aku pulang ke rumah "dijawab nanti dikira gak sopan, padahal kan dosa ya berbohong dan bercanda soal fiqih"omelnya. Ya mau jawab apa saya kalo udah gitu.

Kadang iya sih, ada kekuatiran ketika yang dicandai anaknya gak paham, lebih fatal ia mempercayainya dan menjadi mitos dalam kesehariannya. Karena harus diakui bahwa pembelajaran soal dienul Islam lebih banyak berdasarkan kajian mendengar katanya.

Bukan kajian bersama dengan membuka mazhab misalnya. Bahkan ketika ada perselisihan pendapat seringkali yang memuncak adalah menyalahkan pihak lain, bukan rahasia umum jemaah yang ngambeg karena perselisihan pendapat soal tata cara ibadah. Gak mau shalat di masjid itu lagi karena selisih paham. Kan fatal kalo gini.

Tidak heran sih, karena memastikan mengikuti satu mazhab saja tampaknya itu sulit, termasuk saya yang hasil didikan keluarga dan sekolah pemerintah. Bahkan saya baru sedikit (sangat sedikit) paham jika cara saya berwudhu dan shalat saja campuran beberapa mazhab. Untuk kondisi tertentu demi alasan keafdholan saya menggunakan mazhab tertentu, tetapi saat tertentu mendesak saya menggunakan mazhab lain.

Jadi bagaimana mengklarifikasi mitos penyebab batalnya puasa yang telah dipercaya turun temurun ini?

Boleh jadi dengan ikuti kajian. Meski terpenting adalah pemahaman dari diri sendiri, sehingga tidak "cinta buta" pada guru suatu kajian. Banyak literatur dan orang-orang yang dapat diajak diskusi mengenai hal ini.

Banyak sih bahasan di medsos soal kajian agama bahkan berbentuk meme dan infografik sehingga langsung menohok yang membaca, lalu biasanya akan jadi trend pembicaraan, contohnya soal kajian haramnya perempuan mengkoleksi berlebihan.

Ramelah broadcast di hape saya, mengingatkan saya soal ini. Bahkan saat saya window shopping di online shop.

"Ah..kalo aku mulai ngurangi belanja tas loh Ka, takut dosanya"komennya rata-rata gitu. Saya mau jawab apa, lah saya cuma window shopping tas saya saja kebanyakan ransel hadiah kegiatan kok. Mau dibantah bilang "Darimana duit buat membelinya" jadinya merasa dapet dua dosa, ada kesan meminta belas kasihan dan kufur nikmat dari sang Maha Kaya.

Terpaksa pasang muka senyum "iya, semoga dijauhkan dari dosa godaan demikian"sahut sok bijak aja sih, meski dalam hati ngedumel. Eh, ini bukan mitos sore-sore gini saya ngumpulin dosa ghibah aja nih.

Puasa itu artinya menahan nafsu dari segala godaan, memanajerial perasaan, mengedepankan logika menemukan esensi hidup pada kebutuhan dan menekan keinginan keduniawian dengan senantiasa bersyukur mempersiapkan diri di hari akhir tak berbatas waktu di akhirat kelak.

Lalu hari akhir itu mitos atau fakta. Saya harus nyatakan fakta. Rukun iman saya menyatakan demikian, ketika saya meragukannya. Otomatis saya meragukan keimanan saya. Sebuah fakta menjadi muslim  itu simpel, jalankan 5 rukun Islamnya, yakini 6 rukun imannya.

Ibadah puasa adalah salah satu cara untuk self asessment kadarnya, apakah hanya menjadi pendadaran tiap tahun atau mekanisme upgrading Iman Islam di waktu mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun