Isi bab menekankan bahwa lansia tetap bisa produktif dalam kapasitas sesuai. Aktivitas seperti berkebun, mengasuh cucu, atau berbagi pengalaman hidup bisa menjaga vitalitas.
Refleksi kritis: masyarakat sering memandang lansia sebagai kelompok pasif. Penulis justru menantang pandangan itu dengan contoh konkret bahwa produktivitas lansia meningkatkan rasa percaya diri. Kritik diarahkan pada sistem yang jarang memberi ruang partisipasi.
Dalam praktik sehari-hari, pemerintah atau komunitas dapat mengembangkan program wirausaha kecil bagi lansia. Dengan begitu, mereka tetap merasa dibutuhkan dan dihargai.
Sinergi Tiga Pilar Menua Bugar
Bab terakhir merangkum tiga pilar utama: fisik, mental, dan finansial. Penulis menegaskan pentingnya keseimbangan agar lansia benar-benar sejahtera.
Refleksi kritis muncul bahwa banyak orang hanya fokus pada salah satu aspek, misalnya fisik, tetapi melupakan mental atau ekonomi. Penulis mengingatkan bahwa ketiganya saling menopang. Kritik ini relevan bagi kebijakan publik yang sering terfragmentasi.
Pembaca dapat  mengimplementasikannya dengan menyusun rutinitas harian yang mengintegrasikan olahraga, interaksi sosial, dan pengelolaan keuangan. Dengan begitu, masa tua bisa menjadi fase penuh makna.
Keunggulan dan Kelemahan Buku
Keunggulan pertama buku ini terletak pada bahasanya yang sederhana dan aplikatif. Pembaca awam pun dapat langsung memahami dan mempraktikkan isinya. Keunggulan kedua adalah integrasi tiga aspek—fisik, mental, finansial—yang jarang ditemukan dalam literatur populer.
Keunggulan lain adalah adanya contoh konkret seperti resep makanan sehat dan aktivitas ringan yang mudah dipraktikkan. Hal ini membuat buku terasa membumi, tidak sekadar teoritis. Buku ini juga relevan dengan konteks demografi Indonesia yang semakin menua.
Meski demikian, kelemahannya ada pada keterbatasan data empiris. Beberapa saran masih bersifat umum tanpa dukungan riset mendalam. Selain itu, pembahasan ekonomi agak ringkas, sehingga bagi pembaca yang mencari strategi finansial detail mungkin merasa kurang puas.