Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahasa Isyarat, Jembatan Hati di Secangkir Kopi

25 September 2025   20:52 Diperbarui: 25 September 2025   20:52 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran Komisi Nasional Disabilitas (KND) menjadi tonggak penting dalam memperkuat posisi difabel, termasuk tunarungu. Sejak lahir pada 2021, KND mendorong perusahaan lebih terbuka mempekerjakan mereka. Hal ini sesuai amanat UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Namun, implementasi regulasi masih kerap tersendat. Banyak perusahaan yang belum siap menyediakan juru bahasa isyarat atau fasilitas pendukung lain. Padahal, hal ini merupakan kewajiban, bukan pilihan.

Refleksinya, koordinasi lintas lembaga harus diperkuat. Negara tidak boleh absen dalam memastikan kesetaraan kesempatan kerja bagi tunarungu. Hanya dengan begitu inklusi benar-benar hidup.

5. Kopi, Kesetaraan, dan Harapan Baru

Qu Wenmin seorang guru bahasa isyarat, terjemahkan penjelasan untuk para peserta tunarungu yang ikuti kelas pelatihan (Antara News)
Qu Wenmin seorang guru bahasa isyarat, terjemahkan penjelasan untuk para peserta tunarungu yang ikuti kelas pelatihan (Antara News)

Secangkir kopi di Difabis menyimpan makna lebih dari sekadar minuman. Ia simbol kesetaraan, perjuangan, dan jembatan menuju masa depan. Para pelanggan pun pulang dengan pengalaman yang lebih kaya.

Pesan pentingnya, dunia kerja harus merangkul semua, tanpa terkecuali. Tunarungu bukan objek belas kasihan, melainkan subjek yang berdaya. Inilah paradigma baru yang perlu ditanamkan.

Refleksinya, kisah ini mengajarkan kita tentang kesabaran, keberanian, dan pengakuan. Harapan baru lahir dari kesunyian, menyapa dunia dengan cara yang sederhana namun kuat.

Penutup

Kisah Difabis Coffee menunjukkan bahwa kesunyian tidak menghalangi seseorang meraih cita-cita. Barista tunarungu mengajarkan kita arti kesetaraan dan ketekunan. Dari secangkir kopi, lahir refleksi tentang inklusi yang sejati.

Sebagaimana kata pepatah, “Kesunyian sering kali lebih fasih berbicara dibanding keramaian.” Maka, jangan pernah meremehkan bahasa isyarat hati yang lahir dari kesunyian. Justru dari situlah harapan tumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun