Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menaikkan HET Beras Premium, Semudah Itu Solusinya?

27 Agustus 2025   13:19 Diperbarui: 27 Agustus 2025   13:19 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
“Menaikkan harga bisa mudah, menjaga kesejahteraan jauh lebih sulit.”  (META AI)

Menyamakan harga tanpa membenahi logistik hanya akan melahirkan distorsi pasar baru. Beras di Papua, misalnya, secara alami lebih mahal karena ongkos distribusi yang tinggi. Jika dipaksa disamakan, maka risiko kelangkaan atau penimbunan akan semakin besar.

Refleksinya, kebijakan pangan harus menyesuaikan dengan konteks wilayah, bukan sekadar meniru model “satu harga” ala bahan bakar. Solusi elegan adalah memperkuat infrastruktur logistik, bukan sekadar menyatukan angka di atas kertas.

5. Jalan Panjang Menuju Keadilan Pangan

Kenaikan HET beras hanyalah salah satu langkah kecil dari jalan panjang reformasi pangan nasional. Persoalan beras di Indonesia bukan hanya harga, melainkan juga tata kelola lahan, ketahanan petani, distribusi pupuk, hingga ketersediaan teknologi pasca-panen. Tanpa pembenahan menyeluruh, kebijakan harga akan selalu tambal sulam.

Di sinilah pentingnya keberanian politik untuk menempatkan pangan sebagai prioritas utama pembangunan nasional. Bukan hanya lewat kebijakan sesaat, melainkan lewat strategi jangka panjang yang melibatkan petani, pedagang, dan konsumen dalam satu ekosistem yang sehat.

Refleksinya jelas: pangan adalah soal martabat bangsa. Tidak ada gunanya pertumbuhan ekonomi tinggi bila rakyatnya masih kesulitan membeli beras.

Penutup

Menaikkan HET beras mungkin tampak sebagai solusi cepat, tetapi jelas bukan jawaban menyeluruh bagi kompleksitas persoalan pangan nasional. Kebijakan ini ibarat langkah singkat di jalan panjang yang penuh lubang, membutuhkan penopang lain agar tidak menjatuhkan sebagian rakyat ke jurang ketidakadilan.

Sebagaimana dikatakan Ki Hadjar Dewantara, “Pemerintah yang baik ialah yang dapat memberikan pengayoman sebesar-besarnya kepada rakyatnya, terutama yang kecil dan lemah.” Kebijakan pangan harus selalu berpihak pada rakyat kecil, karena di sanalah makna keadilan sejati diuji. Wallahu a'lam

Disclaimer: 

Artikel ini ditulis untuk tujuan analisis kebijakan publik. Opini dalam tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan institusi manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun