CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, menegaskan bahwa masalah ini sedang dibereskan. Pernyataan tersebut memberi sedikit ruang optimisme di tengah kekhawatiran publik. Namun, masyarakat tetap menunggu bukti nyata dalam bentuk langkah konkret.
Optimisme pemerintah memang penting untuk menjaga stabilitas psikologis pasar dan publik. Tetapi janji perbaikan harus dibarengi transparansi data dan rencana kerja yang jelas. Tanpa itu, optimisme hanya akan dianggap retorika kosong yang mengulur waktu.
Refleksi pentingnya adalah konsistensi antara narasi publik dan kerja nyata. Proyek strategis membutuhkan komunikasi yang jujur dan berani, bukan sekadar penyemangat semu. Seperti kata pepatah lama, “janji tanpa bukti hanyalah mimpi di siang bolong.”
Pelajaran Pahit bagi Pembangunan Nasional
Kasus Whoosh menjadi pelajaran berharga bagi kebijakan pembangunan nasional. Infrastruktur memang dibutuhkan, tetapi harus sesuai dengan kemampuan fiskal dan kebutuhan masyarakat. Jangan sampai orientasi gengsi lebih menonjol daripada orientasi kebermanfaatan.
Krisis ini menegaskan bahwa setiap proyek besar harus melewati uji kelayakan yang komprehensif. Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan tidak boleh diabaikan demi percepatan. Kegagalan melihat risiko secara menyeluruh hanya akan memperburuk kondisi.
Refleksi akhirnya adalah perlunya paradigma pembangunan yang berkesinambungan. Keputusan strategis harus ditempatkan dalam kerangka kepentingan rakyat jangka panjang. Jika tidak, proyek besar akan terus menjadi "bom waktu" yang meledak di tangan generasi berikutnya.
Penutup
Pernyataan “bom waktu” dari Dirut PT KAI menjadi alarm serius bagi publik dan pemerintah. Infrastruktur yang dibangun dengan semangat besar harus diimbangi dengan kalkulasi matang agar tidak menjadi beban. Optimisme saja tidak cukup, transparansi dan konsistensi adalah kunci.
Kasus Whoosh adalah cermin bahwa pembangunan nasional tidak boleh terburu-buru. Ia harus berangkat dari perencanaan yang menyeluruh, berlandaskan keberlanjutan, dan berpihak pada rakyat. Seperti diungkapkan seorang ekonom, “Keberhasilan pembangunan bukan diukur dari panjang rel yang terpasang, tetapi dari seberapa besar rakyat merasakan manfaatnya.” Wallahu a'lam.
Disclaimer