Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bom Waktu Whoosh, Optimisme atau Beban Baru?

25 Agustus 2025   16:53 Diperbarui: 25 Agustus 2025   16:53 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Membangun infrastruktur itu penting, tapi menjaga keberlanjutan jauh lebih mendesak."/CNBC Indonesia

CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, menegaskan bahwa masalah ini sedang dibereskan. Pernyataan tersebut memberi sedikit ruang optimisme di tengah kekhawatiran publik. Namun, masyarakat tetap menunggu bukti nyata dalam bentuk langkah konkret.

Optimisme pemerintah memang penting untuk menjaga stabilitas psikologis pasar dan publik. Tetapi janji perbaikan harus dibarengi transparansi data dan rencana kerja yang jelas. Tanpa itu, optimisme hanya akan dianggap retorika kosong yang mengulur waktu.

Refleksi pentingnya adalah konsistensi antara narasi publik dan kerja nyata. Proyek strategis membutuhkan komunikasi yang jujur dan berani, bukan sekadar penyemangat semu. Seperti kata pepatah lama, “janji tanpa bukti hanyalah mimpi di siang bolong.”

Pelajaran Pahit bagi Pembangunan Nasional

Kasus Whoosh menjadi pelajaran berharga bagi kebijakan pembangunan nasional. Infrastruktur memang dibutuhkan, tetapi harus sesuai dengan kemampuan fiskal dan kebutuhan masyarakat. Jangan sampai orientasi gengsi lebih menonjol daripada orientasi kebermanfaatan.

Krisis ini menegaskan bahwa setiap proyek besar harus melewati uji kelayakan yang komprehensif. Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan tidak boleh diabaikan demi percepatan. Kegagalan melihat risiko secara menyeluruh hanya akan memperburuk kondisi.

Refleksi akhirnya adalah perlunya paradigma pembangunan yang berkesinambungan. Keputusan strategis harus ditempatkan dalam kerangka kepentingan rakyat jangka panjang. Jika tidak, proyek besar akan terus menjadi "bom waktu" yang meledak di tangan generasi berikutnya.

Penutup

Pernyataan “bom waktu” dari Dirut PT KAI menjadi alarm serius bagi publik dan pemerintah. Infrastruktur yang dibangun dengan semangat besar harus diimbangi dengan kalkulasi matang agar tidak menjadi beban. Optimisme saja tidak cukup, transparansi dan konsistensi adalah kunci.

Kasus Whoosh adalah cermin bahwa pembangunan nasional tidak boleh terburu-buru. Ia harus berangkat dari perencanaan yang menyeluruh, berlandaskan keberlanjutan, dan berpihak pada rakyat. Seperti diungkapkan seorang ekonom, “Keberhasilan pembangunan bukan diukur dari panjang rel yang terpasang, tetapi dari seberapa besar rakyat merasakan manfaatnya.” Wallahu a'lam

Disclaimer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun