Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pejabat Publik, Bijaklah Menyuarakan Pikiran di Ruang Publik

22 Agustus 2025   19:04 Diperbarui: 22 Agustus 2025   19:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polemik ini seharusnya membuka ruang bagi pejabat untuk belajar merendahkan hati di hadapan rakyat. Posisi sebagai wakil rakyat bukanlah ruang untuk mempertontonkan privilese, melainkan ladang pengabdian. Kata-kata yang menyinggung rakyat hanya akan memperlebar jurang representasi.

Seorang pejabat yang bijak akan memilih untuk mendengar lebih banyak sebelum berbicara. Ia memahami bahwa setiap kata bisa menjadi kebijakan moral yang memengaruhi persepsi rakyat. Keteladanan tidak lahir dari kebijakan semata, tetapi dari kerendahan hati dalam komunikasi.

Refleksi terakhir dari isu ini: publik lebih menghargai pejabat yang sederhana dalam berkata dan bersikap. Seperti dikatakan Mahatma Gandhi, “Kebesaran sejati seorang pemimpin terletak pada kerendahan hatinya, bukan pada kemewahan yang ia pertontonkan.”

Penutup

Kasus komentar Nafa Urbach tentang tunjangan rumah DPR menjadi pelajaran penting bagi semua pejabat publik. Kata-kata bukan sekadar suara, melainkan amanah moral yang akan diuji oleh rakyat. Bijak dalam berkomentar berarti menghadirkan empati, menimbang rasa keadilan, dan merawat kepercayaan publik.

Sebagai penutup, marilah kita ingat pepatah, “Mulutmu harimaumu.” Ucapan pejabat publik bukan hanya cermin pribadi, tetapi juga harga diri bangsa. Semoga setiap kata yang lahir dari lidah para pemimpin menjadi benih kepercayaan, bukan bara perpecahan. Wallahu a'lam

Disclaimer: Tulisan ini adalah opini penulis berdasarkan pemberitaan di media massa, bukan representasi dari institusi mana pun.

Daftar Pustaka:

Kompas.com. (2025, 22 Agustus). Komentari Tunjangan Rumah Anggota DPR: Nafa Urbach Diserbu Warganet. https://www.kompas.com/jawa-barat/read/2025/08/22/160000088/

Warta Kota. (2025, 21 Agustus). Nafa Urbach Jelaskan Tunjangan Rumah DPR Rp 50 Juta. https://wartakota.tribunnews.com

Kompas.com. (2025, 21 Agustus). Puan Maharani: Tunjangan Rumah Rp 50 Juta Sesuai Kajian. https://www.kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun