Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Harmoni di Transportasi Umum

16 Agustus 2025   11:46 Diperbarui: 16 Agustus 2025   11:46 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
“Kesopanan adalah tiket tanpa harga, tetapi bernilai tinggi.” (Meta AI)

Menghargai ruang orang lain di transportasi umum tidak hanya mempermudah mobilitas, tetapi juga memperkuat rasa saling percaya antarpenumpang. Budaya ini, jika konsisten dijalankan, akan mengubah transportasi umum menjadi ruang yang lebih manusiawi.

2. Tantangan Membangun Budaya Tertib

Menerapkan etika di transportasi umum tidak semudah memberi tahu atau menempelkan poster aturan. Tantangan terbesar adalah perilaku imitasi—kita cenderung meniru apa yang lazim di sekitar kita. Jika ketidaktertiban menjadi norma, sulit bagi individu untuk tampil berbeda.

Kepadatan juga menjadi faktor pembatas. Dalam kondisi berdesakan, orang lebih fokus mencari celah bertahan daripada memikirkan kenyamanan orang lain. Di sinilah pentingnya desain fasilitas yang mendukung keteraturan, seperti pintu masuk dan keluar terpisah atau area khusus untuk barang besar.

Tanpa edukasi yang konsisten, etika akan selalu berada di wilayah “tahu tapi tak mau”. Dibutuhkan kampanye yang kreatif, kolaborasi lintas pihak, dan penegakan aturan yang jelas agar etika benar-benar membumi.

3. Peran Individu dan Kolektivitas

Etika di transportasi umum tidak akan terwujud jika hanya dibebankan pada pemerintah atau operator. Perubahan dimulai dari kesadaran setiap penumpang untuk menjadi bagian dari solusi. Tindakan sederhana seperti antre rapi, berbicara pelan, atau tidak menghalangi pintu sudah memberi dampak signifikan.

Namun, etika juga berkembang dalam konteks kolektif. Saat mayoritas penumpang patuh pada aturan tak tertulis, yang melanggar akan merasa “aneh” dan akhirnya ikut menyesuaikan diri. Di sinilah kekuatan budaya bekerja.

Kebersamaan di ruang transportasi publik adalah cermin karakter sebuah masyarakat. Jika ingin citra kota membaik, mulai dari membenahi perilaku warganya di moda transportasi.

4. Etika Sebagai Identitas Kota

Di beberapa negara seperti Jepang atau Singapura, etika transportasi menjadi bagian dari identitas nasional. Ketertiban bukan sekadar aturan, tetapi kebiasaan yang mendarah daging. Antrian rapi, suara rendah, dan kursi yang diberikan tanpa diminta adalah hal lumrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun