Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kasih Sayang Tak Bercerai, Menuntun Emosi Anak di Tengah Perpisahan

9 Agustus 2025   14:30 Diperbarui: 9 Agustus 2025   14:30 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi orangtua membiark (Sumber: Freepik)

Kasih Sayang Tak Bercerai,  Menuntun Emosi Anak di Tengah Perpisahan

"Anak Tidak Butuh Rumah yang Utuh, Tetapi Hati Orangtua yang Penuh"

Oleh Karnita

Pendahuluan

Suara hujan sore hari pada 19 April 2025 mengiringi berita yang dirilis Kompas.com berjudul "5 Cara Menghadapi Emosi Anak agar Tak Trauma Setelah Perceraian Orangtua". Laporan ini menyoroti betapa rapuhnya hati seorang anak saat menyaksikan perpisahan orangtuanya. Di balik suasana rumah yang berubah, ada riak-riak perasaan yang tak terlihat, namun terasa begitu nyata.

Pemberitaan tersebut menjadi relevan di tengah meningkatnya angka perceraian yang tak hanya memengaruhi pasangan, tetapi juga anak-anak yang terjebak di pusaran emosinya. Banyak keluarga masih belum memahami pentingnya pengelolaan emosi anak secara benar setelah perceraian. Oleh karena itu, informasi ini hadir sebagai pengingat bahwa kasih sayang seharusnya tak ikut berpisah.

Penulis tertarik mengangkat tema ini karena perceraian bukan hanya peristiwa hukum atau sosial, melainkan peristiwa emosional yang panjang efeknya. Dalam konteks saat ini, ketika tantangan psikologis anak semakin kompleks, pembahasan ini menjadi pintu masuk untuk membicarakan bagaimana peran orangtua dapat memutus rantai trauma.

1. Menjadi Ruang Aman bagi Emosi Anak

Perceraian adalah badai yang mengguncang fondasi emosional anak, membuat mereka mencari jangkar yang aman. Dalam situasi ini, orangtua memiliki tanggung jawab untuk menjadi tempat berlindung, meski diri sendiri sedang dilanda luka. Ketika anak merasakan keamanan untuk mengungkapkan perasaannya, proses pemulihan dapat dimulai.

Psikolog Klinis Maria Fionna Callista menekankan pentingnya keterbukaan orangtua terhadap emosi anak. Walaupun konflik pribadi masih membara, mendengar tanpa menghakimi menjadi bentuk dukungan yang tak ternilai. Empati bukan sekadar memahami, tetapi juga merasakan dari sudut pandang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun