Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Di Balik Sunyi Desa, Ada Harapan yang Disuntikkan: Ketika Dokter Hadir Menjaga Garis Hidup

31 Juli 2025   15:37 Diperbarui: 31 Juli 2025   15:37 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemprov Jabar, 18 kabupaten, dan Unpad tempatkan 40 dokter di desa miskin ekstrem mulai 31 Juli 2025. (Dok. Novianti Nurulliah/"PR")

2. Misi Kesehatan yang Menyentuh Ranah Sosial-Ekonomi

Lebih dari sekadar menyembuhkan penyakit, kehadiran dokter di desa-desa ini membawa dampak sosial-ekonomi yang signifikan. Dengan indikator seperti penurunan angka kematian ibu dan bayi, pengendalian stunting, TBC, dan penyakit menular lainnya, keberadaan dokter menjadi lokomotif kemajuan desa. Ketika masyarakat sehat, produktivitas meningkat, dan roda ekonomi pun mulai berputar.

Hal yang perlu ditekankan adalah bahwa dokter di desa bukan hanya pemberi resep. Mereka menjadi agen perubahan yang menyinergikan pendekatan medis dengan edukasi masyarakat. Dalam banyak kasus, pencegahan jauh lebih efektif daripada pengobatan, dan inilah ruang strategis yang dapat dimainkan para dokter muda ini. Penyuluhan, pendampingan ibu hamil, hingga penguatan perilaku hidup bersih dan sehat akan menjadi fondasi yang kuat untuk keberlanjutan.

Namun, agar misi ini berhasil, perlu ada jaminan keberlanjutan dari sisi pembiayaan, dukungan administratif, dan pengembangan kapasitas. Kritik terhadap program serupa di masa lalu sering menyasar lemahnya dukungan pasca-penugasan. Maka, penting bagi pemerintah untuk menyediakan jaminan karier, pelatihan lanjutan, serta perlindungan hukum dan sosial bagi para dokter yang mengabdi di garda terdepan ini.

3. Etika Profesi dan Tantangan Moral di Lapangan

Menempatkan dokter muda di desa-desa tertinggal bukan hanya perkara administratif, tetapi juga ujian etika profesi. Banyak dari mereka adalah lulusan baru yang sebelumnya mungkin belum terbiasa menghadapi kenyataan hidup yang keras dan terbatas. Di sinilah nilai pengabdian diuji: mampukah mereka tetap setia pada sumpah Hipokrates di tengah fasilitas minim dan tekanan sosial-budaya?

Dokter bukan dewa, tapi mereka dibebani ekspektasi luar biasa oleh masyarakat. Ketika satu-satunya harapan tertumpu pada satu sosok medis, beban moral yang dipikul bisa sangat berat. Maka penting bagi penyelenggara program untuk memberi dukungan moral, jaringan komunitas profesional, dan forum berbagi pengalaman antarsesama tenaga medis agar mereka tidak terisolasi secara psikologis.

Kehadiran dokter di desa harus dikawal oleh pemahaman kontekstual tentang budaya lokal. Program ini akan berhasil jika dibarengi dengan pendekatan komunikasi antarbudaya yang empatik. Sebab kesehatan bukan hanya urusan tubuh, tapi juga cara pandang dan keyakinan hidup masyarakat setempat. Di sinilah refleksi penting terjadi: bahwa menjadi dokter bukan hanya menyembuhkan, tetapi juga belajar merendah dan memahami.

4. Pendidikan Kedokteran dan Tanggung Jawab Sosial

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran patut diapresiasi atas keterlibatannya dalam program ini. Ini adalah implementasi nyata dari tridarma perguruan tinggi—terutama dalam pengabdian kepada masyarakat. Dalam konteks ini, pendidikan kedokteran tidak boleh sekadar menghasilkan dokter yang piawai di ruang praktik steril, tetapi juga pribadi yang tangguh dan siap hadir di tengah masyarakat marginal.

Program Dokter Desa bisa menjadi model pendidikan transformatif yang menyatukan ilmu medis dan etika kemanusiaan. Kurikulum kedokteran ke depan perlu menempatkan pengalaman lapangan di desa sebagai bagian integral, bukan tambahan. Dengan demikian, calon dokter tidak hanya fasih dalam teori, tapi juga matang secara emosional dan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun