Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menapak di Ladang Ranjau, Menguak Makna dari Makhluk yang Diremehkan

18 Juli 2025   16:24 Diperbarui: 18 Juli 2025   16:24 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak bermain di dekat peringatan ranjau darat dan kuil Buddha di perbatasan Desa Baru, Kamboja, 10/3/2005. (DAVID LONGSTREATH 

Refleksi Sosial: Ketika yang Diremehkan Menjadi Penyelamat

Tikus seringkali diasosiasikan dengan hal-hal negatif. Namun melalui kisah ini, kita dipaksa meninjau ulang persepsi tersebut. Di tangan APOPO, tikus justru menjadi simbol pengabdian, efisiensi, dan keberanian. Sebuah ironi yang indah—bahwa kekuatan terkadang datang dari arah yang tak terduga.

Kisah ini memberi cermin sosial yang dalam: nilai bukan ditentukan oleh citra, melainkan oleh kontribusi nyata. Di masyarakat kita, ada banyak figur “kecil”—pekerja informal, relawan lokal, pendidik komunitas—yang kerap luput dari perhatian. Namun mereka justru sering menjadi penggerak perubahan yang paling jujur dan berdampak. Ketika diberi ruang dan kepercayaan, mereka bisa menjadi penjaga stabilitas sosial.

Sebagaimana tikus pendeteksi ranjau bekerja dengan diam dan tekun, perubahan pun bisa dimulai dari hal-hal kecil: mendengarkan suara minor, memperhatikan kebutuhan dasar masyarakat, dan menghargai peran siapa pun tanpa melihat latar belakang. Di situlah kita menemukan esensi dari keadilan sosial yang inklusif.

Anak-anak bermain di dekat peringatan ranjau darat dan kuil Buddha di perbatasan Desa Baru, Kamboja, 10/3/2005. (DAVID LONGSTREATH 
Anak-anak bermain di dekat peringatan ranjau darat dan kuil Buddha di perbatasan Desa Baru, Kamboja, 10/3/2005. (DAVID LONGSTREATH 

Bangsa dan Ketajaman Mendeteksi Krisis Sejak Dini

Salah satu keunggulan utama dari tikus pelacak adalah kepekaan penciumannya—mereka mampu mendeteksi ancaman tersembunyi jauh sebelum tampak di permukaan. Ini menjadi refleksi penting bagi negara mana pun: tentang pentingnya membangun sistem deteksi dini terhadap persoalan sosial dan kemanusiaan.

Banyak krisis sebenarnya memberi tanda-tanda sebelum menjadi besar. Ketika suara warga mulai melemah, ketika keluhan kecil tidak ditanggapi, atau ketika ketimpangan perlahan mengakar, saat itulah sebenarnya sistem perlu peka. Dibutuhkan media yang independen, riset yang dihargai, dan ruang dialog yang terbuka untuk membangun mekanisme deteksi dini yang efektif.

Seperti halnya tikus pelacak yang membaca tanah dengan ketenangan, kita pun membutuhkan pendekatan yang tenang namun tajam: mendengarkan masyarakat, mengamati perubahan sosial, dan mengambil langkah sebelum terlambat. Dengan membangun budaya responsif, bangsa dapat tumbuh lebih tangguh menghadapi tantangan.

Mengubah Cara Kita Melihat: Dari Stigma menjadi Potensi

Pelajaran mendalam dari kisah ini adalah bagaimana sesuatu yang sebelumnya dianggap kotor, tidak berguna, bahkan menjijikkan, ternyata memiliki kemampuan untuk menyelamatkan kehidupan. Ini adalah cermin bagi kita agar tidak cepat menghakimi atau menutup mata terhadap potensi tersembunyi dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun