Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saat Duka Menempa, Saatnya Kita Berbenah: Pelayanan Kesehatan Tak Boleh Abai Nyawa

9 Juli 2025   07:47 Diperbarui: 9 Juli 2025   07:47 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah sakit daerah harus direposisi bukan hanya sebagai fasilitas layanan, tetapi sebagai penjaga martabat publik. Di sanalah nilai-nilai dasar Pancasila tentang keadilan sosial dan kemanusiaan diuji dan seharusnya ditegakkan.

5. Ulfa Sudah Pergi, Tapi Jangan Sampai Kita Kehilangan Nurani

Kisah Ulfa harus menjadi pelajaran kolektif yang menyentuh hati dan sistem. Kita bisa saja menyesali keterlambatan penanganan, namun penyesalan tanpa aksi hanya akan menambah daftar korban berikutnya. Inilah saatnya kita meletakkan kembali nilai-nilai etik dalam pelayanan publik, khususnya layanan kesehatan.

Perlu ada forum reflektif antarpihak—pemerintah, rumah sakit, keluarga pasien, dan organisasi profesi—untuk menyusun protokol darurat berbasis pengalaman nyata, bukan hanya teori. Di titik ini, kolaborasi multipihak menjadi kunci: bukan saling menyalahkan, tetapi saling menguatkan agar tak ada lagi keluarga yang berduka dalam diam.

Ulfa memang telah berpulang. Namun semangat untuk memperbaiki layanan kesehatan demi menjamin keselamatan dan martabat pasien harus terus hidup. Kisah ini seharusnya menjadi kisah terakhir yang kita tangisi karena kelambanan sistem.

Penutup: Saat Pemimpin Bertemu Keluarga, Sistem Pun Diuji

“Pelayanan yang baik bukan hanya soal standar operasional, tapi soal kepekaan untuk tidak membiarkan harapan mati perlahan.” Kisah Ulfa bukan hanya tentang kesedihan, tapi tentang peringatan bahwa di balik grafik pelayanan kesehatan, ada manusia yang berharap sembuh.

Adhitia telah menunjukkan sisi terbaik dari pemimpin daerah: hadir saat dibutuhkan, mendengar tanpa membantah, dan berjanji untuk berubah. Namun janji saja tak cukup. Diperlukan sistem yang mendukung perubahan itu secara nyata dan berkelanjutan.

Kita semua adalah bagian dari sistem yang harus dibenahi. Maka biarlah tangis Nandang menjadi alarm nurani kita semua: dari manajemen rumah sakit hingga para pembuat kebijakan. Karena di ujung semua prosedur itu, ada satu kata yang tak boleh hilang—kemanusiaan. Wallahu a'lam

Daftar Pustaka:

  1. Ririn Nur Febriani. “Datangi Keluarga Mendiang Ulfa, Adhitia Pastikan Pemkot Cimahi Evaluasi Layanan RSUD Cibabat.” Pikiran Rakyat, 8 Juli 2025.
  2. Kompas.com. “Pasien BPJS Meninggal, Keluarga Protes Penanganan Lambat di RSUD.” Kompas, 4 Maret 2024.
  3. Media Indonesia. “Audit Pelayanan RSUD: Momentum Reformasi Manajemen Kesehatan.” Media Indonesia, 12 Juni 2023.
  4. Republika.co.id. “Pelayanan Rumah Sakit Harus Bebas Diskriminasi Pasien.” Republika, 20 November 2022.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun