Slot Masuk, Bukan Slot Joki: Integritas Tak Bisa Dijoki
"Kejujuran itu lebih dari sekadar sikap; ia adalah fondasi masa depan bangsa." — (anonim, tertulis di dinding Gedung Rektorat lama UI)
Oleh Karnita
Pendahuluan: Antara Akses dan Akal-akalan
Di balik gegap gempita dunia seleksi perguruan tinggi, sunyi senyap diam-diam menyimpan kisah ironi. Platform X (dulu Twitter) menjadi ajang promosi yang bukan lagi sekadar jasa les atau latihan soal, melainkan kini bertransformasi menjadi pasar gelap joki ujian. “Open joki SIMAK UI 2025, 1 siswa didampingi 6 guru dan 1 tim IT,” tulis akun @pinkbaileyss, seolah ini bukan praktik culas, melainkan paket eksklusif sukses masuk kampus ternama.
Berita dari Pikiran Rakyat (30 Juni 2025) menyuarakan respon tegas Rektor Universitas Indonesia (UI), Heri Hermansyah, yang menyatakan akan menjatuhkan sanksi berat bagi siapa pun yang terbukti menggunakan atau menjadi joki. Ia menegaskan bahwa sistem seleksi harus dijaga integritasnya, tidak hanya demi nama baik kampus, tapi juga untuk keadilan generasi muda dari wilayah-wilayah 3T yang berjuang tanpa jalan pintas.
Kasus ini mengundang perhatian bukan hanya karena skalanya yang masif, tetapi karena menyentuh jantung sistem pendidikan tinggi kita—keadilan dalam akses. Artikel ini mengupas lebih dalam persoalan joki dalam seleksi mandiri, menyoroti celah sistem, tanggung jawab moral, serta solusi lintas perspektif, termasuk dari sisi pedagogi, teknologi, dan etika kebangsaan.
1. Seleksi yang Dipermainkan: Bukan Soal Pintar, Tapi Soal Pintar Mencurangi
Fenomena joki bukan barang baru, tetapi kemunculannya secara terang-terangan di media sosial dengan tawaran teknis yang begitu sistematis menunjukkan bahwa ini bukan sekadar tindakan individu—ini sudah menjadi sindikat. Penulis berita, Muhammad Ashari, secara tajam menyoroti struktur joki yang bahkan menyediakan 6 guru dan tim IT. Ini lebih dari sekadar membantu: ini adalah pembajakan sistem.
Masalah utamanya bukan semata joki sebagai pelaku, tapi bagaimana sistem seleksi menjadi begitu mudah dimanipulasi. Dalam hal ini, SIMAK UI sebagai salah satu ujian masuk mandiri paling bergengsi di Indonesia harus mawas diri. Keterbukaan akses melalui sistem daring memang bertujuan mulia—membuka pintu seleksi bagi seluruh Indonesia. Namun, akses tanpa pengawasan adalah lubang keamanan yang menganga.