Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dapur Kita, Dunia yang Bergolak: Menjaga Pangan di Tengah Badai Geopolitik

28 Juni 2025   04:40 Diperbarui: 28 Juni 2025   04:40 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Klaten olah beras Basmati untuk pasar Jakarta dan kuliner Timur Tengah. - (ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho) 

Dapur Kita, Dunia yang Bergolak: Menjaga Pangan di Tengah Badai Geopolitik

"Dalam setiap gejolak politik dunia, yang pertama terguncang adalah dapur rakyat biasa."

Oleh Karnita

Pendahuluan: Pangan, Politik, dan Gejolak yang Diam-diam Mencekik

Ada yang tak terlihat namun menggetarkan dari sebuah konflik geopolitik: ia merayap ke ladang, ke pasar, dan akhirnya ke piring makan. Ketika Dani Lukman Hakim menulis dalam Republika (26 Juni 2025) bahwa krisis antara Iran dan Israel bukan sekadar perang di Timur Tengah, tapi juga perang yang mengetuk pintu dapur rumah tangga Indonesia, ia sedang menyalakan lampu kesadaran kita akan keterkaitan global yang begitu rapuh.

Tulisan beliau menguliti dampak-dampak tak kasatmata dari konflik yang jauh dari peta kita—beras basmati yang tertahan, teh India yang tak terkirim, pupuk yang tak jadi diproduksi, dan minyak nabati yang harganya melonjak. Semua ini mengisyaratkan: pangan bukan sekadar urusan domestik, melainkan bagian dari ekosistem global yang bisa ambruk hanya karena satu simpul terguncang.

Saya sepakat dengan peringatan dan analisis yang ditawarkan penulis. Namun, kami merasa penting untuk melengkapi dengan beberapa perspektif reflektif—terutama dalam konteks bagaimana krisis ini menjadi alarm dini bagi ketahanan pangan kita yang masih bersifat semu. Jika tidak disikapi serius, kita akan terus menjadi penonton dalam fluktuasi harga dan kebijakan global, alih-alih menjadi aktor yang tangguh dan mandiri dalam mengatur logistik pangan nasional.

1. Geopolitik Masakannya di Dapur Kita

Ketegangan antara Iran dan Israel tidak hanya menghantam kawasan, tetapi juga beriak hingga ke meja makan keluarga di Asia Tenggara. Krisis pengiriman beras basmati dan teh dari India adalah contoh nyata bagaimana relasi antarnegara bisa membuat sistem pangan global kacau. Meskipun Indonesia bukan importir utama beras basmati, efek domino dari pengalihan pasar bisa memengaruhi ketersediaan dan harga beras medium dan long grain yang biasa kita konsumsi.

Inilah yang membuat pangan menjadi isu geopolitik yang sangat sensitif. Seringkali kita berpikir bahwa konflik bersenjata hanya memengaruhi korban jiwa atau kerusakan infrastruktur. Padahal, dampaknya lebih luas—hingga ke perut orang miskin dan kantong petani kecil. Dengan kata lain, setiap tembakan rudal di Teluk Persia bisa berarti lonjakan harga di warung sayur pasar kelurahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun