Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Sumur Tanpa Dasar": Dari Kekayaan ke Kekosongan, dari Hidup ke Kehampaan

22 Juni 2025   13:42 Diperbarui: 22 Juni 2025   18:57 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pementasan drama "Dalam Bayangan Tuhan Atawa Interogasi (Bagian I) oleh mahasiswa Jurdiksastrasia IKIP Bandung  Angkatan '89 (dokpri. Maya Istiandari)

Sumur Tanpa Dasar: Dari Kekayaan ke Kekosongan, dari Hidup ke Kehampaan

"Sumur tanpa dasar itu bukan milik hutan, bukan pula milik gunung. Ia menggema di hati manusia yang kehilangan makna."

Oleh Karnita 

Pendahuluan: Kilas Balik Panggung dan Pesan yang Menetap

Sekitar tahun 1990, di bawah bimbingan Bapak Yoyo Mulyana dan Bapak Sumiyadi, sebuah pementasan drama "Dalam Bayangan Tuhan Atawa Interogasi (Bagian I)"  oleh  mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan "89, FPBS,  IKIP Bandung menghidupkan panggung. Saya saat itu memainkan tokoh piguran, dokter. Pementasan ini bukan sekadar ujian mata kuliah Drama, tetapi menjadi momen kontemplatif yang tak lekang dikenang. Di kesempatan lain insya Allah akan saya ulas dramanya. 

Kali ini saya akan mengulas drama Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer, diterbitkan Pustaka Utama Grafiti (1989), terus menggema relevansinya. Meski telah berlalu puluhan tahun sejak pertama kali dipentaskan pada 1964 oleh Teater Muslim, dan dihidupkan kembali di TIM oleh Teater Ketjil (1971), naskah ini seperti tidak pernah benar-benar usang. Seiring makin banyaknya tragedi kemanusiaan kontemporer yang bersumber dari kekosongan batin dan kehilangan arah hidup, pesan lakon ini justru kian nyaring.

Mengangkat kisah Jumena Martawangsa, seorang pengusaha sukses namun terasing dari kebahagiaan, Sumur Tanpa Dasar merefleksikan kerapuhan manusia modern yang kehilangan akar spiritualitasnya. Di tengah gejala kekayaan yang kerap disalahartikan sebagai indikator kebahagiaan, lakon ini memberi ruang perenungan---bahwa tidak semua sumur mengandung air, dan tidak semua pencapaian menyisakan arti.

Jejak Teman Seangkatan: Salam Takzim dari Panggung yang Tak Terlupa

Pementasan drama
Pementasan drama "Dalam Bayangan Tuhan" oleh mahasiswa Jurdiksastrasia IKIP Bandung  Angkatan '89 (dokpri. Maya Istiandari)

Pementasan drama "Dalam Bayangan Tuhan Atawa Interogasi (Bagian I") saat kuliah menjadi pengalaman yang tak hanya kaya makna, tetapi juga penuh rasa---karena dijalankan bersama rekan-rekan seangkatan yang luar biasa. Dalam kenangan yang kini berpendar lembut, izinkan saya menyebut nama-nama mereka satu per satu---sebagai salam takzim yang semoga bisa menjadi pengobat rindu, penanda kasih, dan simpul nostalgia yang tak pernah putus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun