Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Ludah dan Logika: Mbah Danu dan Tubrukan Dunia Lama-Baru

23 Juni 2025   19:38 Diperbarui: 23 Juni 2025   19:38 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Danu dan Tubrukan Dunia Lama-Baru (dok. Goodreads)

Sikap Mbah Danu seketika berubah.

“Aku bukannya berbicara kepadamu, Nah,” katanya dengan suara minor yang lembut. “Aku mengusir setan-setan di dalam badanmu.”

Sebagai penegas perkataannya, ia tegak sekali lagi dan memukulkan sapu lidi sedemikian keras ke badan Nah hingga si sakit rebah dan mengerang. Peluhnya bercucuran membasahi pakaian.

“Ha! Hampir modar engkau sekarang!” seru Mbah Danu sambil menginjak tubuh Nah dengan kedua kakinya. Selama lima menit ia mondar-mandir di atas badan Nah, seperti Batari Durga menari di atas mayat. Nafas si sakit seperti ububan pandai besi, dan lengannya diacung-acungkan untuk menjaga keseimbangan.

Setelah selesai, ia melentangkan badan Nah yang kini kuyup oleh keringat dan mukanya merah padam.

Mbah Danu berdiri dan memberi isyarat agar para penonton yang tak berkepentingan keluar. Pintu ditutup, dan ia kembali ke pasiennya. Dengan gerakan tangkas, pakaian Nah dibuka dan seperti orang kesurupan, ia meremas-remas seluruh tubuh Nah, menggeliatinya di tempat-tempat sensitif. Nah mula-mula menggelepar, akhirnya tertawa-tawa geli seperti perawan yang sehat. Seperempat jam kemudian, Mbah Danu melepaskan dan tegak di atas lututnya.

“Setan-setan sudah lari dari badanmu, Nah,” katanya tenang. “Engkau telah sembuh.” Nah yang tadi seperti setengah mati, kini duduk bersandar pada dinding dan tersenyum seperti orang bangun tidur.

“Tidurlah dulu sampai besok,” kata Mbah Danu sambil membaringkan dan menyelimuti Nah dengan penuh kasih sayang. Ia memijat kepala Nah sebentar lalu memercikkan ludah sedikit ke dahinya. Setelah itu, ia keluar untuk minum kopi.

Prabawa Mbah Danu di rumah Pak Jaksa—yang merupakan sebagian dari pengaruhnya di daerah yang terbentang dari Kudus sampai Tuban, dari Bonang sampai ke Randublatung—mengalami tantangan ketika Mr. Salyo Kunto, salah seorang menantu Pak Jaksa, bersama istrinya mengunjungi mertuanya.

Beberapa hari setelah kedatangannya, Nyonya Salyo mengeluhkan sakit kepala dan pegal-pegal di tubuh.

Bu Jaksa, sesuai dengan tradisi, segera menyuruh memanggil Mbah Danu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun