Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Laut Tak Pernah Ingkar janji: Menyelami Makna Hari laut Internasional

9 Juni 2025   18:30 Diperbarui: 9 Juni 2025   18:44 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyelami Makna Hari Laut Internasional, 8 Juni 2025 (Dok. Jurnas.com)

Penutup: Ketika Laut Menjadi Diriku Sendiri

Laut, dalam sunyinya yang luas, mengajari kita tentang kejujuran dan keteguhan. Ia tak pernah pura-pura tenang ketika gelisah, dan tak pernah menjerit meski disakiti. Maka ketika kita merayakan Hari Laut Internasional, sejatinya kita sedang bercermin pada nurani: sejauh mana kita masih setia menjaga yang diam-diam setia pada kehidupan kita.

Puisi "Malam Laut" karya Toto Sudarto Bachtiar, yang pertama kali terbit pada 1962, menghadirkan perasaan puitik yang mendalam tentang laut sebagai metafora eksistensi dan kerinduan. Bait-baitnya menggambarkan laut sebagai sesuatu yang tak bisa ditaklukkan, jujur dalam kepedihan, dan akrab dalam kesepian. Dalam larik:

Karena laut tak pernah takluk, lautlah aku
Karena laut tak pernah dusta, lautlah aku
Terlalu hampir tetapi terlalu sepi
Tertangkap sekali terlepas kembali

kita seolah diajak menyelami kegamangan manusia yang terombang-ambing antara dekat dan jauh, antara nyata dan ilusi. Laut menjadi identitas yang menampung luka, pencarian, dan keberanian untuk tetap setia pada kebenaran, meski tak dipahami.

Dalam konteks Hari Laut Internasional, puisi ini menegaskan bahwa laut bukan sekadar entitas geografis, melainkan ruang batin yang menyimpan memori umat manusia. Kita boleh saja menyusun agenda perlindungan, program konservasi, atau kebijakan ekonomi biru. Tapi pada akhirnya, kita harus kembali menjadi "laut"—yang tak pernah takluk, tak pernah dusta, dan selalu menanti dengan sabar pada yang mungkin tak pernah benar-benar kembali. Maka, bisakah kita menjadi manusia yang tak sekadar menatap laut, tapi juga memahaminya—dengan cinta, bukan hanya kepentingan? Wallahu a’lam.

Daftar Pustaka: 

Bachtiar, T. S. (1962). Malam Laut. Diakses dari TribunJateng.com: https://jateng.tribunnews.com/2022/12/23/puisi-malam-laut-sudarto-bachtiar

Madubun, J. (2025, 9 Juni). Hari Laut Sedunia: Saatnya Indonesia Tidak Lagi Menutup Mata terhadap Eksploitasi Laut. Kompasiana. Diakses dari https://www.kompasiana.com/jihanmadubun/2025/06/09/hari-laut-sedunia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun