Penutup: Muda yang Ugahari, Tua yang Lapang
Hidup tak harus mewah agar terasa cukup. Yang dibutuhkan hanya rasa damai dan kebijaksanaan untuk memilih. Ugahari dan keprasaajaan hidup bukan warisan usang, tapi kunci masa depan yang tenang. Sebagaimana firman Allah: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia..." (QS. Al-Qashash: 77)
Jadi, jika hari ini kita masih bisa menahan diri, memilih dengan sadar, dan hidup sesuai kemampuan, bukankah itu langkah kecil yang bijak menuju masa tua yang lapang dan penuh senyum? Sudahkah kita memulainya hari ini? Wallahu a'lam.
Daftar Pustaka:Â
Al-Qur'an Al-Karim dan terjemahannya oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (edisi revisi).
Shahih Muslim dan Sunan Abu Dawud, terjemahan lengkap Pustaka Azzam.
Artikel Koran/Majalah yang Relevan
Kompas -- "Hidup Sederhana di Era Konsumerisme" oleh Hendra Gunawan, Rubrik Opini, Kompas, 2 Maret 2023.
Harian Republika -- "Zuhud dalam Kehidupan Modern", Rubrik Khazanah, 15 Januari 2022.Â
Tempo.co -- Artikel daring "Keprasahajaan, Bukan Kemiskinan Gaya" oleh Nur Hidayat, 14 September 2020.
Kompasiana -- Artikel blog "Ugahari: Sebuah Jalan Pulang ke Diri Sendiri" oleh R. Prasetyo, 10 Februari 2024.