Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ugahari dan Keprasaajaan: Merangkai Harmoni Hidup di Masa Senja

1 Juni 2025   17:34 Diperbarui: 1 Juni 2025   17:46 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ugahari dan Keprasaajaan, Merangkai Harmoni Hidup di Masa Senja (Sun Life) 

"Orang yang merasa cukup tak pernah merasa kekurangan."

Menerapkan gaya hidup keprasahaja tidak berarti kita anti-kemajuan. Ini bukan soal menolak teknologi atau kemudahan, tapi bagaimana kita tak diperbudak olehnya. Saat kita bisa memilah mana kebutuhan dan mana keinginan, di situ kita sedang membangun kemerdekaan batin. Nabi SAW bersabda: "Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah kepadanya." (HR. Muslim)

Cukup bukan berarti pasrah. Justru ia lahir dari perhitungan matang, dari kemampuan merencanakan dan menyisihkan, dari keberanian menolak bujuk rayu iklan. Cukup adalah keputusan sadar bahwa kita tidak perlu menjadi orang lain untuk merasa berharga.

Menata Jiwa dari Dompet

"Cara kita mengatur uang mencerminkan cara kita merawat diri."

Tabungan bukan sekadar urusan ekonomi. Ia adalah penanda kedewasaan dan cermin dari pengelolaan emosi. Orang yang mampu menabung berarti mampu menunda kenikmatan, mengatur prioritas, dan berpikir jangka panjang. Ini semua berakar pada nilai ugahari. Dalam Islam, Allah memuji orang-orang yang "...apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (QS. Al-Furqan: 67)

Ketika kita menata dompet, sebenarnya kita sedang menata hidup. Dana darurat, investasi masa depan, dan dana pensiun bukan hanya angka. Ia adalah bentuk kasih sayang terhadap diri sendiri dan orang-orang terdekat di masa depan. Hidup sederhana membuka ruang bagi keputusan-keputusan besar yang lebih terarah.

Tua Tanpa Cemas

"Usia boleh tua, tapi hidup tak harus penuh keluh dan penyesalan."

Banyak orang tua yang tampak letih bukan karena usia, tapi karena beban masa lalu yang belum selesai. Hutang masa muda, gaya hidup berlebihan, hingga rasa malu karena tak siap menghadapi pensiun. Padahal semua bisa dicegah jika sejak muda kita membiasakan hidup keprasahaja. Dalam Islam, Rasulullah SAW mengajarkan agar kita memanfaatkan waktu muda sebelum tua, dan sehat sebelum sakit (HR. Al-Hakim).

Ketika tua nanti, kita akan bersyukur pernah hidup sederhana. Bahwa kita tidak dikuasai gengsi. Bahwa kita belajar menata hidup sejak dini. Maka masa tua bukan akhir dari segalanya, melainkan babak baru untuk menikmati buah dari pohon kebiasaan baik yang ditanam puluhan tahun sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun