Sabari Mengajari Kita Mencinta, Tanpa Syarat, Tanpa Sisa
“Kau tak membalas cintaku, tapi aku tetap di sini. Karena mencintaimu sudah cukup.”
Oleh Karnita
Pendahuluan
Andrea Hirata kembali dengan napas panjang sastra humanis lewat novel Ayah, yang merangkum cinta, kesetiaan, dan pengorbanan dalam narasi yang liris namun menggigit. Diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada 2015, novel ini memperkuat reputasi Hirata sebagai penulis sastra populer yang tak hanya piawai mengangkat realitas sosial, tetapi juga memotret sisi-sisi lembut kemanusiaan dengan cara yang khas dan menyentuh. Jejak sukses Laskar Pelangi memang sulit dilampaui, namun Ayah membuktikan bahwa Andrea masih punya banyak cerita, dan banyak cinta.
Saya tertarik membaca Ayah karena ingin tahu, sejauh mana cinta bisa bertahan tanpa balasan. Dan Sabari, tokoh sentral dalam novel ini, memberi jawaban yang tak biasa: ia tetap mencinta meski ditinggal, tetap berharap meski diabaikan, dan tetap berjuang meski sendirian. Cinta macam apa ini?
Novel ini menyentuh berbagai isu penting: pola asuh tunggal, ketimpangan relasi gender, peran sosial ayah, hingga cara masyarakat menilai laki-laki yang dianggap "lembek". Maka, Ayah tidak hanya menyentuh hati, tapi juga mengajak berpikir ulang tentang relasi dan kelelakian di tengah masyarakat kita.
Sinopsis Novel Ayah
“Di dunia yang gemar mengukur cinta dengan timbal balik, Sabari memilih mencinta meski sendiri, mencinta meski tak kembali.”
Sabari, pria sederhana asal Belitung, telah lama menyimpan perasaan cinta terhadap Marlena, seorang gadis yang ia temui sejak SMP. Cinta Sabari begitu tulus, meski cintanya tak pernah berbalas. Marlena, yang pada akhirnya menikah dengan pria lain, tetap menjadi pusat hati Sabari. Namun, meskipun ditolak dan terluka, Sabari tetap tidak beranjak. Cinta yang ia beri pada Marlena adalah cinta tanpa pamrih, yang tetap hidup meskipun waktu berlalu. Ketika Marlena mengalami kehamilan di luar nikah dan ditinggalkan oleh pasangannya, Sabari merasa bahwa inilah saatnya untuk menunjukkan kesetiaannya. Tanpa ragu, ia menikahi Marlena, tidak hanya untuk melindungi kehormatan keluarganya, tetapi juga untuk menjaga cinta yang ia miliki selama ini.