Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini dan Enam Buku yang Menyalakan Lentera Kesadaran

20 April 2025   20:09 Diperbarui: 20 April 2025   20:10 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku membaca karena dunia di luar tidak memberiku tempat. Maka buku-buku itu kuundang masuk untuk bicara padaku."

Kartini hidup dalam zaman yang membatasi perempuan dalam ruang domestik dan aturan adat. Ia tidak bebas keluar rumah, tidak bebas memilih jodoh, bahkan tidak bebas berbicara di ruang publik. Namun dalam sunyi kamar dan kesepian hari-harinya, ia membangun benteng intelektual lewat buku. Dalam membaca, Kartini menemukan cara melawan tanpa berteriak. Ia menyerap pemikiran-pemikiran modern Eropa, lalu membenturkannya dengan realitas Jawa yang feodal.

Inilah bentuk perlawanan yang elegan: tak bising, tapi mengakar. Bacaan-bacaan itulah yang mematangkan kesadarannya, memperkaya perbendaharaan gagasannya, dan menyiapkan ia sebagai pelopor emansipasi. Ketika ia berbicara tentang pendidikan, kesetaraan, dan hak perempuan, ia bukan hanya mengutip, tetapi mengartikulasikan pemikiran hasil bacaan yang telah diasimilasi dengan cerdas.

Kartini mengajarkan bahwa membaca bisa menjadi senjata sunyi yang dahsyat. Di era digital yang penuh distraksi, ketekunan Kartini mengingatkan kita bahwa revolusi sering kali dimulai dari halaman demi halaman yang dibaca dalam diam.

Penutup: Kartini dan Kita yang Membaca untuk Menyalakan

Kartini bukan sekadar simbol. Ia adalah pembaca. Ia adalah pemikir. Dan yang terpenting, ia adalah penyala lentera. Enam buku ini bukan hanya membentuk pikirannya, tetapi juga menciptakan obor bagi kita yang hidup hari ini. Kita mewarisi bukan hanya namanya, tetapi juga keberaniannya untuk berpikir di luar zamannya.

Di zaman ketika begitu banyak informasi tersedia, apakah kita masih membaca dengan kedalaman seperti Kartini? Ataukah kita hanya menelusuri judul dan membagikannya tanpa pemahaman? Kartini menantang kita dengan satu pertanyaan abadi: setelah membaca, apa yang akan kau lakukan? Karena membaca, sejatinya, adalah bentuk pertama dari keberanian untuk berubah. Wallahu a'lam. 

Sumber Inspirasi: 

https://www.kompas.com/jawa-barat/read/2025/04/20/132300688/buku-buku-favorit-r.a.-kartini-dari-multatuli-hingga-sosialisme?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun