Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Book

Harimau! Harimau!: Menelanjangi Nurani di Tengah Teror

15 April 2025   19:30 Diperbarui: 15 April 2025   19:30 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Bunuhlah dahulu Harimau dalam dirimu!" (Sumber: Gramedia)

Harimau! Harimau!: Menelanjangi Nurani di Tengah Teror

"Bunuhlah dahulu Harimau dalam dirimu!"Mochtar Lubis

Oleh Karnita

Sebuah Buku, Sebuah Luka yang Dikuliti

Harimau! Harimau! adalah novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1975 oleh Penerbit Buku Obor. Ditulis oleh Mochtar Lubis, seorang jurnalis dan sastrawan yang tak pernah berhenti menggugat nurani bangsanya, novel ini terdiri dari 216 halaman yang mencekam, reflektif, dan menelanjangi sisi gelap manusia. Cerita ini disusun dengan bahasa yang tajam namun tetap puitis, khas Lubis, yang sudah kenyang hidup dalam ancaman rezim represif.

Saya tertarik mengulas buku ini karena tidak hanya menghadirkan kisah perburuan harimau di tengah belantara, tapi juga memuat perburuan terhadap dosa-dosa yang lama dikubur. Novel ini tidak sekadar mendebarkan, tapi menyisakan getar getir di dada. Saya ingin menelusuri bagaimana cerita ini menggugat konsep “pahlawan”, “alim”, dan “manusia baik-baik” yang sering kita agungkan secara gegabah.

Di tengah kehidupan bangsa yang hari ini kerap ditandai oleh topeng-topeng moralitas semu, novel ini terasa seperti cermin retak yang tetap jujur. Ketika banyak orang berlomba-lomba terlihat saleh di depan kamera namun diam-diam melukai sesama, barangkali sudah saatnya kita semua bertanya: siapa sebenarnya harimau dalam hidup kita?

1. Harimau yang Menerkam dari Dalam Diri

"Harimau itu adalah utusan Tuhan untuk membunuh orang-orang yang berdosa." — Balam

Harimau dalam novel ini bukan sekadar hewan buas yang lapar. Ia adalah metafora dari rasa takut, rasa bersalah, dan dosa yang diam-diam kita simpan, yang suatu hari datang menggigit balik. Harimau menjadi simbol paling kuat untuk menggambarkan bagaimana manusia tidak bisa kabur dari apa yang ia sembunyikan dalam batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun