Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Book

Cerita dari Digul: Getirnya Pengasingan, Harumnya Perlawanan

2 April 2025   12:29 Diperbarui: 2 April 2025   12:29 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
“Di mana pun penindasan tumbuh, di sanalah perlawanan lahir.” 

Cerita dari Digul: Getirnya Pengasingan, Harumnya Perlawanan

Oleh Karnita

"Sejarah bukan hanya tentang pahlawan di medan perang, tetapi juga mereka yang bertahan dalam senyap di tanah pembuangan."

Pendahuluan
Diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) pada cetakan kelima tahun 2015, Cerita dari Digul adalah kumpulan kisah nyata para eks-Digulis yang dibuang oleh kolonial Hindia-Belanda. Disunting oleh Pramoedya Ananta Toer, buku ini merekam penderitaan, perjuangan, dan keteguhan mereka yang terasing dari tanah air sendiri.

Sinopsis Lima Kisah
Sejak 1927, Digul di Papua menjadi tempat pengasingan bagi tahanan politik. Buku ini menghimpun lima kisah nyata yang menggambarkan kerasnya hidup di tanah buangan—mulai dari keteguhan seorang buruh, pengorbanan sia-sia demi cinta, benturan idealisme dan penyesalan, pelarian penuh risiko, hingga perjalanan tanpa kepastian menuju kebebasan.

Rustam Digulist: Buruh yang Tak Tunduk

Rustam hanyalah seorang buruh, tetapi semangatnya menyala. Ia tak tinggal diam melihat ketidakadilan, hingga keberaniannya membawanya ke Digul—tanah pengasingan yang bagi banyak orang berarti akhir kebebasan. Namun, Rustam tak menyerah. Di balik derita, ia menemukan makna perlawanan sejati: bertahan di tengah ketidakadilan.

Di Digul, ia membangun komunitas kecil bersama sesama buangan. Mereka berbagi kisah, saling mendukung, dan mencari cara untuk bertahan hidup. Meski panas menyengat dan wabah mengintai, tekad mereka tak goyah.

Namun, waktu terus berjalan. Satu per satu kawannya gugur. Rustam mulai bertanya, apakah perjuangannya sia-sia? Dalam kesunyian, ia menulis kisah mereka, berharap dunia tahu bahwa mereka yang dibuang bukan berarti kalah.

Kisah Rustam mengingatkan kita pada para pekerja yang masih memperjuangkan hak-haknya hingga kini. Digul mungkin tinggal sejarah, tetapi ketidakadilan tetap ada. Rustam adalah simbol ketahanan, bahwa perlawanan bukan hanya melawan penguasa, tetapi juga melawan ketidakpedulian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun