Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Pasar Batujajar Menjelang Indulfitri 2025: Tradisi, Dinamika, dan Denyut Ekonomi

27 Maret 2025   11:03 Diperbarui: 27 Maret 2025   11:03 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Petugas keamanan berpatroli  di Toko Emas Laris, Pasar Batujjar (Sumber: Freepik)

Pasar Batujajar Menjelang Idulfitri 2025: Tradisi, Dinamika, dan Denyut Ekonomi

Oleh Karnita

"Pasar rakyat adalah cermin kemandirian ekonomi sebuah bangsa. Ketika pasar ini hidup, maka ekonomi rakyat pun kuat."  – Bung Hatta, proklamator dan tokoh koperasi Indonesia.

Pasar Batujajar: Tertata dan Tetap Hidup

Pasar Batujajar tak lagi tradisional. Setelah renovasi 14 bulan, kini menjadi Pasar Batujajar dengan bangunan tiga lantai, 1.200 kios, area bermain anak, dan fasilitas lebih tertata. Pedagang dan pembeli menikmati lingkungan yang lebih bersih dan nyaman. Namun, harga kios yang tinggi menjadi tantangan, memaksa pedagang mencicil sambil berharap rezeki lebih lancar. Semangat mereka tetap membara demi roda ekonomi keluarga.

Meski modern, Pasar Batujajar  tetap menjadi pusat ekonomi rakyat. Terletak di simpang tiga strategis, pasar ini menjadi titik temu masyarakat dari berbagai daerah. Aktivitas perdagangan terus bergeliat, dari pedagang kios, kaki lima, hingga buruh angkut. Saat bulan puasa dan hari besar, pasar semakin ramai, membuktikan modernisasi tak menghilangkan jiwanya. Tradisi jual beli tetap terjaga, menyatu dengan suasana pasar yang khas.

Pasar Batujajar: Lebih dari Sekadar Tempat Berbelanja

"Pasar tradisional bukan sekadar tempat jual beli, tetapi ruang di mana budaya, sosial, dan ekonomi bertemu dalam harmoni." – Clifford Geertz, antropolog yang meneliti ekonomi tradisional di Indonesia.


Keluarga kami jarang ke pasar karena lebih praktis berbelanja dari pedagang keliling. Namun, menjelang Idulfitri, kami mengunjungi Pasar Batujajar untuk belanja kebutuhan dapur dan permak busana Ramadhan. Berbelanja di pasar selalu memberi pengalaman unik, dari tawar-menawar hingga menemukan berbagai layanan tambahan. Sensasi ini sulit didapatkan di tempat lain.

Selain bahan makanan, pasar ini menawarkan pakaian, perabotan, hingga jasa permak, pangkas rambut, dan pijat tradisional. Keberadaan toko emas dan kantor kecil melengkapi fungsinya sebagai pusat ekonomi dan sosial. Pasar Batujajar bukan sekadar tempat transaksi, tetapi ruang hidup masyarakat yang dinamis. Kehangatan interaksi antara pedagang dan pelanggan menciptakan suasana akrab.

Kemacetan di Pasar Batujajar: Upaya Pengaturan yang Tak Pernah Usai

Gambar: Jalan Raya Pasar Batujajar (Sumber: Freepik)
Gambar: Jalan Raya Pasar Batujajar (Sumber: Freepik)

Kemacetan di pasar menjadi tantangan, terutama pagi dan sore hari. Jalan sempit dipadati kendaraan, angkutan umum, dan pejalan kaki yang berbagi ruang dengan lapak pedagang kaki lima. Letaknya yang strategis di persimpangan dan dekat terminal memperparah situasi. Kepadatan ini seolah menjadi ciri khas setiap harinya.

Untuk mengatasi macet, aparat kepolisian dan petugas lalu lintas rutin berjaga, dibantu warga sekitar. Namun, solusi permanen seperti pelebaran jalan atau penataan ulang masih dinantikan. Hingga kini, kemacetan tetap menjadi bagian dari dinamika Pasar Batujajar. Masyarakat hanya bisa berharap ada perubahan nyata di masa depan.

Masjid Besar Batujajar: Penanda, Peristirahatan, dan Pusat Kuliner

Gambar: Masjid Besar Batujajar yang berlokasi dekat Pasar Batujajar (Sumber: Freepik)
Gambar: Masjid Besar Batujajar yang berlokasi dekat Pasar Batujajar (Sumber: Freepik)

Di sebelah pasar, Masjid Besar Batujajar menjadi tempat istirahat pedagang dan pembeli. Pelatarannya sering dipakai sebagai parkir dadakan saat hari besar keagamaan. Saat azan berkumandang, beberapa pedagang menutup lapaknya sejenak untuk salat. Kesadaran beribadah tetap tinggi di tengah kesibukan pasar.

Sore hari, kawasan ini berubah menjadi pusat kuliner. Aroma sate, martabak, dan roti bakar menggugah selera. Banyak pengunjung pasar yang singgah sebelum pulang, menjadikan masjid lebih dari sekadar tempat ibadah, tetapi bagian dari ekosistem sosial pasar. Tradisi berbuka puasa di sekitar masjid menjadi pemandangan yang menarik.

Surga Belanja: Dari Sayur Segar hingga Perhiasan Emas

Gambar: Petugas keamanan berpatroli  di Toko Emas Laris, Pasar Batujjar (Sumber: Freepik)
Gambar: Petugas keamanan berpatroli  di Toko Emas Laris, Pasar Batujjar (Sumber: Freepik)

Pasar Batujajar menyediakan segala kebutuhan, dari bahan pokok hingga perhiasan emas. Toko pakaian, perabot rumah tangga, dan alat tulis memenuhi kebutuhan masyarakat. Tukang cukur selalu ramai menjelang Lebaran, sementara toko emas jadi incaran pembeli yang ingin tampil berkelas. Berbagai barang tersedia dengan harga yang lebih bervariasi.

Tawar-menawar menambah keseruan belanja. "Mas, yang ini ada diskon nggak?" tanya seorang pembeli. Transaksi di pasar ini bukan sekadar jual beli, melainkan interaksi sosial yang membuatnya tetap hidup dan menarik. Tak jarang, pembeli dan penjual akhirnya saling mengenal karena sering bertransaksi.

Pasar Batujajar Pagi-Siang Hari

"Jangan pernah remehkan pasar tradisional. Mereka bukan hanya tempat berjualan, tetapi juga sekolah kehidupan bagi banyak orang." – Adam Smith, filsuf ekonomi, dalam konteks pasar sebagai mekanisme

Gmbar: Kepadatan parkir pengujung Pasar Batujajar (Sumber: Freepik)
Gmbar: Kepadatan parkir pengujung Pasar Batujajar (Sumber: Freepik)
Sejak subuh, pedagang membuka lapak, menyambut pelanggan yang mencari bahan segar. Harga lebih terjangkau dibanding supermarket, menjadikannya pilihan utama masyarakat. "Kalau belanja pagi-pagi, barangnya masih banyak dan murah," ujar seorang pelanggan. Suasana pagi di pasar selalu penuh semangat.

Gambar: Kios busana diserbu pembeli (Sumber: Freepik)
Gambar: Kios busana diserbu pembeli (Sumber: Freepik)

Persaingan dengan pasar modern semakin ketat, tetapi interaksi hangat antara pedagang dan pembeli tetap menjadi daya tarik tersendiri. Seni tawar-menawar dan kesempatan mendapat bonus membuat pasar ini tetap menjadi denyut ekonomi rakyat. Kesederhanaan inilah yang membuat pasar tradisional tetap bertahan.

Gambar: Kios pedagang daging (Sumber: Freepik)
Gambar: Kios pedagang daging (Sumber: Freepik)

Pasar Batujajar Sore-Malam Hari
Menjelang sore, kios mulai tutup, tetapi pedagang kaki lima mulai berdatangan. Aroma sate, martabak, dan roti bakar memenuhi udara. "Kalau sore begini, roti bakar saya pasti laris," ujar seorang pedagang. Pelanggan mulai berdatangan menikmati jajanan khas pasar.

Di bawah temaram lampu jalan, kuliner khas pasar semakin menggoda. Pembeli menikmati hidangan sebelum pulang, menjadikan pasar ini tak pernah benar-benar tidur. Kehangatan suasana terasa di setiap sudut pasar saat malam tiba.

Tradisi Menjelang Lebaran: Berbelanja sebagai Ritual

Gambar: Pedagang Pasar Batujajar sedang melayani konsumen (Sumber: Freepik)
Gambar: Pedagang Pasar Batujajar sedang melayani konsumen (Sumber: Freepik)

Menjelang Lebaran, pasar menjadi lautan manusia. "Dari kecil, saya selalu diajak ibu ke pasar sebelum Lebaran. Kalau nggak, rasanya ada yang kurang," ujar seorang pembeli. Keramaian menjadi bagian dari tradisi yang terus berulang.

Bagi pedagang, ini puncak rezeki tahunan. "Omzet bisa naik tiga kali lipat!" ujar penjual kue kering. Belanja bukan sekadar kebutuhan, tetapi ritual tahunan yang penuh nostalgia, menghubungkan generasi dengan tradisi. Pasar menjadi saksi perjalanan hidup banyak keluarga.

Harapan untuk Pasar Batujajar: Modernisasi Tanpa Kehilangan Identitas

"Pasar tradisional adalah nadi kehidupan masyarakat kecil. Jika pasar mati, maka banyak harapan pun ikut mati." – Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), budayawan Indonesia.

Seiring perkembangan zaman, modernisasi pasar menjadi tuntutan. Namun, bagaimana agar pasar tetap mempertahankan ciri khasnya? "Kalau bisa ada parkiran lebih luas, pasti lebih nyaman," harap Pak Didi, seorang pelanggan setia. Masalah lahan parkir memang sering dikeluhkan, terutama saat akhir pekan.

Di sisi lain, beberapa pedagang berharap adanya sistem pembayaran digital yang lebih merata. "Sekarang orang lebih suka bayar pakai QRIS, tapi belum semua pedagang bisa pakai," ujar Mbak Nia, penjual buah. Menurut data Bank Indonesia, transaksi digital di pasar tradisional meningkat 50% pada 2024, menunjukkan bahwa adaptasi digital sudah mulai dilakukan. Namun, banyak yang berharap agar modernisasi tidak menghilangkan interaksi khas pasar, di mana tawar-menawar dan canda tawa tetap menjadi bagian dari transaksi.

Paragraf Penutup

"Pasar tradisional bukan hanya tempat transaksi, tetapi juga pusat kehidupan dan budaya masyarakat." – Muhammad Yunus (Pemenang Nobel Perdamaian dan penggagas Grameen Bank)

Menjelang Idulfitri 2025, Pasar Batujajar kembali membuktikan dirinya sebagai pusat ekonomi yang tak tergantikan. Modernisasi telah membawa kenyamanan, tetapi semangat kebersamaan dan tradisi tetap hidup di setiap sudutnya. Dari pedagang kaki lima hingga toko emas yang ramai pembeli, semua berdenyut dalam ritme yang khas. Meski tantangan seperti kemacetan dan harga naik selalu ada, pasar ini tetap menjadi tempat di mana cerita, harapan, dan rezeki bertemu. Pasar Batujajar bukan sekadar tempat transaksi, melainkan bagian dari kehidupan masyarakat yang tak lekang oleh waktu. Wallahu a’lam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun