Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seabad Pram: Cinta, Bangsa, dan Kata dalam Bumi Manusia

19 Maret 2025   21:12 Diperbarui: 19 Maret 2025   21:39 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer      (Sumber: Freepik)

Namun, kehidupan bahagia Minke dan Annelies tidak bertahan lama. Hukum kolonial yang bias ras dan kelas menjadi batu sandungan. Annelies, sebagai keturunan Belanda, dipaksa kembali ke negerinya atas keputusan pemerintah kolonial, tanpa bisa dicegah oleh Minke maupun Nyai.

Melalui kisah cinta, perjuangan kelas, dan benturan budaya ini, Bumi Manusia menyoroti ketimpangan hukum kolonial, pengkhianatan sistem, dan perjuangan hak asasi manusia — semua dilihat dari kacamata seorang pemuda yang sedang bertumbuh dalam pusaran sejarah bangsanya.

Mengapa Bumi Manusia Begitu Istimewa?

“Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.” ― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

Tak banyak karya sastra Indonesia yang mampu menembus batas-batas ideologis, sejarah, dan kemanusiaan seperti Bumi Manusia. Novel ini tidak sekadar mengajak pembaca menyelami kisah cinta antara Minke dan Annelies, tetapi juga menjadi ruang refleksi tentang perjuangan identitas, harga diri, dan ketimpangan struktural pada masa kolonial. Pramoedya menulisnya bukan di balik meja yang nyaman, melainkan dalam tekanan dan pengasingan di Pulau Buru—dan justru dari keterbatasan itulah lahir kebebasan berpikir yang begitu terang benderang.

Kisah ini menjadi istimewa karena Minke tidak hanya mewakili seorang individu, tapi generasi muda bumiputra yang mencoba berdiri tegak di tengah dua dunia: pribumi yang ditindas dan modernitas Barat yang menggiurkan. Kepedihan Nyai Ontosoroh dalam mempertahankan hak atas anak dan martabat sebagai perempuan "tak sah" pun memberi lapisan emosional yang kompleks. Bumi Manusia adalah karya yang berbicara dengan bisikan lirih dan sekaligus teriakan lantang: bahwa manusia, siapa pun dia, berhak menentukan jalan hidupnya sendiri.

2. Tokoh-Tokoh yang Hidup dalam Imajinasi dan Kenyataan

Dalam Bumi Manusia, Pramoedya tidak hanya menciptakan tokoh, tetapi membangkitkan roh zaman. Minke, terinspirasi dari tokoh sejarah Tirto Adhi Soerjo, bukan sekadar siswa HBS yang pintar menulis, tapi simbol pemuda pribumi yang resah. Ia hidup di antara bahasa ibunya dan bahasa penjajah yang dipelajarinya, antara cinta dan logika, antara hormat pada tradisi dan hasrat untuk memberontak terhadap ketidakadilan.

Nyai Ontosoroh adalah jiwa dari novel ini. Ia bukan hanya ibu, tetapi perempuan yang menolak tunduk pada sistem hukum kolonial yang mendiskriminasi perempuan Jawa tak bersurat nikah. Kepedihannya saat Annelies dibawa paksa ke Belanda tanpa bisa berbuat apa-apa adalah simbol kekalahan hukum dan kemanusiaan. Sementara Jean Marais, Annelies, dan tokoh-tokoh Eropa lainnya mewakili nuansa konflik antara kemajuan dan ketamakan, antara cinta dan kuasa. Mereka semua bukan karakter fiktif belaka—mereka adalah potret masyarakat kita dulu, dan bisa jadi masih kini.

3. Pesan Universal tentang Kemanusiaan

Pramoedya menghamparkan Bumi Manusia bukan untuk dikenang sebagai narasi sejarah belaka, tapi sebagai napas universal yang tak lekang oleh waktu. Di balik setting kolonial, ada nilai-nilai abadi yang bisa dirasakan siapa pun: perjuangan akan harga diri, hak untuk mencintai, dan keberanian memilih jalan hidup sendiri. Minke dan Nyai Ontosoroh menjadi cermin bahwa manusia harus tetap manusia, bahkan ketika hukum dan kekuasaan melucuti semua hak-haknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun